Pada akhirnya, kita ini mirip pelari maraton yang kelelahan, berlari sejauh ribuan pertanyaan, hanya untuk mendapatkan "sertifikat kelulusan" dari seorang calo tiket bioskop gelap. Lalu kita pulang, memamerkan sertifikat itu ke tetangga, sambil berharap keringat kita bisa disulap jadi pupuk organik untuk pohon uang. Sungguh sebuah perumpamaan yang absurd, bukan? Tapi, bukankah hidup di negeri ini memang seringkali lebih absurd daripada fiksi itu sendiri?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI