Di zaman modern yang penuh dengan tekanan dan tantangan, tak jarang seseorang mencari  cara untuk melarikan diri dari beberapa kenyataan yang dianggapnya sulit. Mulai dari tekanan pekerjaan, masalah keluarga, masalah percintaan, hingga rasa kesepian yang sering kali membuat seseorang merasa dirinya terjebak dalam situasi yang telah membebani pikiran dan emosinya. Rasa stress, cemas, hingga depresi dapat mendorong individu untuk mencari sebuah pelarian yang dianggap mampu memberikan ketenangan yang sesaat. Hal ini seperti penelitian yang dilakukan di Inggris, bahwa terdapat sekitar 34 pasien mengalami depresi. Pelarian ini bisa berupa dalam berbagai bentuk. Namun tak semua pelarian berdampak positif bisa juga berdampak negative. Tetapi kebanyakan orang justru memilih melarikan diri ke hal yang negative seperti mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol. Alih-alih menyelesaikan masalah, kebiasaan ini justru akan menimbulkan masalah baru. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang menjadikan alkohol sebagai pelarian, antara lain:
- Faktor Psikologis: seperti stress dan depresi yang berasal dari tekanan hidup, kegagalan ataupun ada masalah pribadi. Seringkali yang mengalami hal ini yaitu anak muda, karena diusia itu mereka rentan mencoba-coba hal baru dengan alasan untuk mencari jati diri. Namun kebanyakan anak muda salah menafsirkan kata dari jati diri sehingga masuk kedalam pergaulan yang tidak benar terutama penggunaan minuman beralkohol. Masalah yang mereka hadapi sebagian besar itu  masalah percintaan (Sukiman, 2019). Adapun ketika individu kesulitan dalam mengelola emosi secara wajar maka dapat mendorong seseorang mencari jalan pintas dengan mengkonsumsi alkohol.
- Faktor Keluarga: keluarga adalah orang terdekat, kondisi keluarga dirumah yang tidak harmonis seperti adanya konflik, kekerasan atau kurangnya perhatian dan kasih sayang bisa juga menjadi faktor seseorang mengkonsumsi alkohol.
- Faktor Teman: lingkungan pertemanan sangat mempengaruhi dalam semua hal. Biasanya teman akan menjadi pendorong dalam mencoba hal baru terutama mengkonsumsi alkohol yang nantinya akan membentuk kebiasaan itu. Terutama anak muda yang mengkonsumsi alkohol karena ingin diterima dalam kelompok pergaulan atau biasa disebut circle.
- Faktor Kesempatan (Peluang): jual beli alkohol yang mudah ditemui dilingkungan sekitar, menjadikan faktor kesempatan seseorang dalam mengkonsumsi alkohol (Sam, 2019).
Menggunakan alkohol sebagai pelarian dari masalah memang dapat memberikan sensasi yang seolah-olah beban hidup terasa lebih ringan. Namun, efek ini hanyalah ilusi sementara. Alkohol memang dapat menekan perasaan negative untuk sesaat, tetapi begitu efeknya hilang, masalah yang dihadapi tetap ada, bahkan seringkali malah terasa lebih berat. Menurut salah satu konselor "menggunakan minuman beralkohol sebagai solusi dalam menghadapi masalah ibaratnya ialah memberikan plester pada luka lebar yang perlu dijahit. Sifatnya sementara saja dan tidak bisa mengatasi akar dari permasalahan". Pengkonsumsian yang secara berulang sangat berisiko menimbulkan kecanduan, dan ketika seseorang sudah kecanduan maka mereka akan semakin sulit menghadapi masalah tanpa bantuan alkohol. Dalam jangka panjang konsumsi alkohol justru akan memperparah depresi, meningkatkan kecemasan dan menurunkan kemampuan individu dalam mengelola emosi dan mengambil keputusan secara akal sehat (Saputra, 2021). Salah satu kelemahan utama penggunaan alkohol sebagai pelarian ialah tidak adanya penyelesaian terhadap akar permasalahan. Alkohol hanya membungkam sementara rasa sakit secara emosional atau stress tanpa memberikan solusi yang nyata. Banyak individu yang akhirnya sadar bahwa setelah efek alkohol hilang, mereka masih harus berhadapan dengan masalah yang sama atau bahkan dengan tambahan masalah baru akibat konsumsi alkohol itu sendiri, misalnya penurunan kesehatan, masalah hukum, atau retaknya hubungan sosial (Ardian, 2024).
Seperti yang tertera pada peraturan presiden No. 74 Tahun 2013, bahwa minuman yang mengandung alkohol didefinisikan sebagai minuman yang berasal dari zat pertanian berkarbohidrat yang diproduksi melalui cara fermentasi dan hasilnya berupa etanol (C2H2OH). Adanya etanol dalam minuman dapat mempengaruhi turunnya kesadaran dari para konsumen (Imran Sukiman, Syarifuddin and Ilham Willem, 2019). Alkohol sifatnya zat psikoaktif yang bisa mengubah sistem tubuh, baik akut maupun kronis. Penyalahgunaan menggunakan alkohol dapat menimbulkan berbagai hal, salah satunya masalah bagi para pecandu itu sendiri maupun orang sekitar yang bisa jadi terkena imbasnya (Hanfiah, 2023). Selain itu mengkonsumsi alkohol yang berlebihan juga beresiko mengganggu kesehatan. Tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, penggunaan alkohol juga dapat menimbulkan masalah sosial seperti konflik dalam keluarga dan lingkungan. Di negara Inggris sekitar 87% penduduknya mengkonsumsi alkohol hingga banyak yang masuk ke rumah sakit karena minuman tersebut (Putra 2012). Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami resiko dan membatasi konsumsi minuman beralkohol demi menjaga kesehatan dan keharmonisan sosialnya.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk menghindari penggunaan alkohol yang dijadikan pelarian ketika ada masalah yaitu:
- Seminar kesehatan: dengan memberikan edukasi mengenai bahaya alkohol kepada masyarakat luas itu sangatlah penting. Kegiatan ini tidak hanya menekankan aspek kesehatan, tetapi juga mengajarkan keterampilan mengelola stress dan emosi tanpa harus lari ke minuman beralkohol.
- Layanan Kesehatan: pihak pemerintah perlu memperkuat akses terhadap layanan kesehatan mental, seperti konseling dan terapi psikologis. Dengan adanya forum itu maka seseorang punya tempat untuk menyalurkan atau berbagi masalahnya dan tidak lagi melihat alkohol sebagai satu-satunya pelarian.
- Pengawasan: pemerintah harus memperketat pengawasan distribusi, produksi dan penjualan alkohol. Terutama untuk mengurangi peredaran alkohol yang semakin marak dan bersifat illegal (ANT, 2014).
- Olahraga: melarikan diri dengan cara olahraga ketika ada masalah maka akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.Â
Jadi dikehidupan saat ini banyak individu yang mencari pelarian dari masalah yang dihadapi, salah satunya dengan mengonsumsi alkohol. Meskipun alkohol dapat memberikan rasa tenang sesaat, penggunaan alkohol sebagai pelarian justru membawa lebih banyak dampak negatif, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Faktor-faktor seperti tekanan psikologis, masalah keluarga, pengaruh teman dan kemudahan akses menjadi pemicu utama seseorang memilih alkohol sebagai jalan pintas. Sayangnya, alkohol hanya menutupi masalah menyelesaikan akar permasalahan. Bahkan, konsumsi yang berulang dapat menyebabkan kecanduan, memperburuk depresi dan menurunkan kemampuan mengelola emosi, hingga menimbulkan masalah kesehatan dan social yang lebih serius. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran Masyarakat tentang risiko alkohol dan menyediakan alternatif solusi yang lebih sehat seperti edukasi, layanan kesehatan mental, pengawasan distribusi alkohol serta mendorong aktivitas positif seperti olahraga. Dengan demikian, upaya pencegahan dan penanganan masalah ini memerlukan peran aktif dati individu, keluarga dan lingkungan sekitar agar penggunaan alkohol tidak lagi dijadikan pelarian.
DAFTAR PUSTAKA
ANT. (2014). Minuman Keras Oplosan Harus Dilarang Melalui Aturan Pemerintah. Hukum Online. Com. Diakses 8 Juni 2025 dari https://www.hukumonline.com/berita/a/minuman-keras-oplosan-harus-dilarang-melalui-aturan-pemerintah-lt5482b4dcf1b39/
Ardian, N. (2024). Ancaman Gaya Hidup Modern? Bahaya ,Minuman Keras Bagi Generasi Z Indonesia. Kompasiana. Diakses 7 Juni 2025 dari https://www.kompasiana.com/nickolausardian8415/6742a0cc34777c1824251b63/ancaman-di-balik-gaya-hidup-modern-bahaya-minuman-keras-bagi-generasi-z-indonesia?page=2&page_images=1
Hanifah, L., N. (2023). Kajian Literatur: Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Alkohol dan Dampak Alkohol Terhadap Kesehatan Berdasarkan Teori Perilaku. Jurnal Media Gizi Kesmas, 12(1).
Putra, A. (2012). Pengaruh Alkohol Terhadap Kesehatan. SEMNAS FMIPA UNDIKSHA.