Seorang mahasiswa punya ide skripsi yang fresh, tapi ditolak karena dosennya "nggak biasa" dengan topik itu.
Guru yang menggunakan metode pembelajaran baru justru ditegur karena dianggap "tidak sesuai kebiasaan".
Anak-anak disuruh duduk diam, mendengarkan, dan mencatat, tanpa diberi ruang untuk bertanya atau berdiskusi.
Semua ini adalah cermin bahwa budaya pendidikan kita masih menomorsatukan kekuasaan, bukan perkembangan.
Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan?
Bangun hubungan setara antara pendidik dan pelajar
Guru bukan pemilik kebenaran mutlak. Murid bukan robot yang harus nurut. Harus ada ruang dialog yang sehat.
Buka ruang kritik dan diskusi
Kritik itu bukan bentuk pembangkangan. Justru dari situ muncul pembelajaran yang bermakna.
Hargai ide, bukan usia atau jabatan
Siapa pun bisa punya gagasan bagus, tak peduli senioritas atau titel.
Pemimpin pendidikan harus jadi teladan perubahan
Kepala sekolah, rektor, hingga pejabat dinas, harus membuka diri, bukan menjaga tahta.
Penutup: Waktunya Berubah
Kita tidak bisa berharap pendidikan kita maju kalau sistemnya masih dikuasai pola pikir kuno. Budaya feodal harus ditinggalkan. Pendidikan harus jadi tempat yang ramah, terbuka, dan memberdayakan semua orang untuk berpikir bebas dan bertumbuh. Karena kemajuan bangsa hanya bisa dimulai dari ruang kelas yang sehat dan setara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI