Mohon tunggu...
Munawir Mandjo
Munawir Mandjo Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Suka-suka

Lahir dan tumbuh di kota yang memproduksi jagung rebus secara kolosal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mari Sudahi Konspirasi tentang Corona

4 Juni 2020   16:36 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:45 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan kira dengan melakukan konspirasi dengan corona kalian bisa aman. Tentu jelas kalian keliru....

Salah seorang kawan saya curhat lewat WAG. Perkara tentangganya yang positif corona, gara-gara kejadian itu ia beserta masyarakat sekampungnya auto terisolasi dan dikucilkan dari masyarakat luar, termasuk tukang galon langganannya. Alasannya mungkin cukup sederhana, "Takut terinfeksi".

Lantas diriku membatin "Lah itu sih masih wajar, gaes," di belahan daerah lain malah lebih memprihatinkan, warga misuh-misuh menghadang dan melempari mobil ambulans yang membawa jenazah korban corona. Mereka menolak jenazah itu dimakamkan di kampung halaman mereka, dengan alasan virusnya masih bisa menyebar

Tak sampai di situ saja, bahkan ada juga kisah pilu seseorang yang berstatus orang dalam pengawasan (ODP) diusir dari kampung halamannya, dengan alasan warga takut ia bisa menjadi sumber penularan bagi warga lain.

Mendengar semua itu, lantas ke mana rasa kemanusiaan kita?

Mereka yang positif corona atau baru sebatas dugaan, seharusnya tidak menjadi objek keganasan dari tumpulnya rasa kemanusiaan kita. Mereka ini adalah korban yang tidak sengaja diterkam oleh corona.

Saya yakin tidak ada di antara kalian yang ingin mengambil bagian untuk menambah jumlah digit kasus positif corona, atau jumlah digit pasien dalam pengawasan (PDP) atau bahkan menambah daftar jumlah korban yang meninggal akibat corona.

Buktinya, sudah berapa kali kalian cuci tangan hari ini? Sudah berapa lembar masker yang menyumbat mulut dan hidung kalian? Sudah berapa vitamin yang kalian komsumsi untuk meningkatkan sistem imun kalian? Pasti sudah banyak bukan?

Tentu kalian pernah menyaksikan pada layar TV, bagaimana informasi tentang corona mengarus tiap harinya, sehingga kalian pasti sudah akrab. Atau jika kalian terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu bersantai di depan TV, coba anda gunakan gawai kalian untuk menggali informasi terkait corona, tentu berseliwerang di mana-mana bukan?

Namun jika kalian masih berucap "Lha..., tidak ada informasi kok," atau "Yah...kami tidak tau," Lantas dari mana kalian memperoleh informasi jika corona bisa menular melalui udara? Dari mana sumber informasi jika jenazah korban corona yang sudah melewati prosedur pemakaman, masih jadi ancaman?

Jangan-jangan perilaku kalian menghakimi para korban dari kebuntuan otak kalian karena tak pernah memperoleh informasi? Atau malahan kalian ini korban hoax, yah? Ayoo ngakuuu.

Apakah kalian tak sadar, jika apa yang kalian lakukan ini tidak hanya menindas mental mereka yang sakit, tetapi juga membahayakan mereka yang sehat. Coba kalian pikirkan, jika kalian menstigmasisasi mereka, maka kalian bisa menciptakan suatu kondisi dimana mereka yang memiliki gejala enggan lagi memeriksakan diri. Apa kalian ingin memperkuat rantai penyebaran corona?

Mereka ini korban yang diliputi kesedihan, mereka ini manusia yang diliputi kekhawatiran, jangan sampai kalian malah membuat persekutuan jahat dengan corona untuk menyerang kaum kalian sendiri

Tetapi faktanya sih demikian. Buktinya kalian telah berbagi strategi dengan corona untuk menyerang saudara kalian, jika corona menyerang fisiknya, kalian malah membantu menyerang mental saudara kalian.

Kalian yakin, jika berkomplot dengan corona, kalian akan aman tanpa gangguannya, atau kalian tidak akan terinfeksi? Lantas kalian menjadikan mereka yang terinfeksi sebagai antibody buat kekebalan tubuh kalian? Berarti kalian telah mengharap antibody dengan menjadi anti-body begitu? Pikiran jahat dari mana itu.

Cobalah kalian melatih diri kalian melalui konsep penghadiran, coba kalian bayangkan jika kalian yang berada di posisi mereka, atau jika orang tua kalian yang berada daftar korban kasus positif corona, atau bahkan istri-suami yang kalian sayangi berada dalam posisi itu.

Apakah kalian bisa tidur tenang di kasur yang empuk dengan hawa sejuk yang berasal dari pendingin ruangan? Atau apakah kalian bisa makan enak dengan menu favorit kalian yang tersaji di meja makan? Atau apakah pagi anda cukup tenang di teras rumah dengan secakir kopi ditemani gorengan hangat?

Saya yakin, pasti di antara kalian tidak akan ada yang berkata "Iya kami bisa tenang," atau "Bentul kami baik-baik saja," atau "Benar kami bahagia," atau apalah bahasa pembenaran yang sesuai dengan produk budaya lingkungan keluarga kalian. Tapi yah walaupun memang ada di antara kalian, saya yakin kalian tidak termasuk golongan yang punya rasa belas kasihan.

Harusnya kalian paham, kita adalah manusia yang dianugerahi naluri pertahanan, sehingga wajar jika kita semua takut terinfeksi corona, saya juga demikian adanya, bahkan untuk ngupil saja, saya harus memastikan jika jari telunjuk saya sudah bersih. Tapi yang harus kalian garis bawahi kita juga manusia yang dianugerahi nalar serta hati untuk mengasah rasa kemanusiaan kita.

Mereka ini memang berstatus ODP, mereka ini memang berstatus PDP atau bahkan mereka ini memang positif corona, tapi jangan melihat mereka sebagai corona, yang harus disemprot disinfektan, yang harus dimusnahkan eksistensinya.

Mereka harus diberi ruang dalam lingkungan kita, diberi dukungan mental. Jaga jarak tentu, tapi jangan membuat renggang rasa kemanusiaan kita.

Kita semua memiliki musuh yang sama, dalam medan pertempuran kita seharusnya saling menguatkan bukan menjatuhkan, apalagi menjatuhkan mereka yang sudah lebih dulu terjatuh. Tidakkah kalian lebih jahat dari corona?

Jadi stop! jangan menghakimi bahkan memberi stigma negatif kepada mereka!

Karena yang harus kita jauhi ialah virusnya, bukan orangnya gaess.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun