Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 33

4 Juli 2018   22:46 Diperbarui: 5 Juli 2018   15:38 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ada satu cerita lucu, dari satu pasangan keluarga pengangguran, Pria Indonesia dan wanita Suriname, ngakali tunjangan bulanan pengangguran ini.

Entah siapa yang kreatif mencetuskan ide, apakah si suami atau istrinya. Untuk mendapatkan tunjangan yang lebih besar, mereka secara de jure melakukan perceraian. Sehingga dengan status cerai, mereka masing masing mendapat tunjangan 1100 gulden per bulan. Lebih besar 700 gulden dari tunjangan apabila mereka tetap berstatus keluarga. Tetapi de factonya, mereka tetap berhubungan seperti suami isteri, tentu saja secara sembunyi sembunyi. Itulah cerita pasangan pengangguran yang berani dan kreatif.

Dari Marieska pula, Sutopo tahu ada kebiasaan kebiasaan di Belanda, yang berbeda dengan kebiasaan di Indonesia. Misalnya, basa basi membagi makanan di tempat umum, yang di Indonesia adalah hal yang biasa, di Belanda kebiasaan itu tidak akan terjadi. Demikian juga , membantu, menawarkan diri untuk mengangkat barang bawaan yang berlebih kepada seseorang di tempat umum. Meskipun seorang itu sudah tua tua sekalipun, kebiasaan itu tidak terjadi disini.

Pembelajarannya adalah, ketika seseorang keluar rumah, dia harus sudah bisa mengukur diri, akan kebutuhan maupun kemampuannya.

Budaya ini membuat seseorang itu, menjadi memiliki kebiasaan merencanakan segalanya. Dan bangsa Belanda adalah bangsa perencana yang baik dan cermat.

Masalah bandingan kebiasaan di Belanda dan Indonesia, Sutopo pernah tersinggung berat, tapi akhirnya membuat dirinya berpikir dan merenung, dan menggaris bawahi sesuatu.

Ketika itu dia apel ke rumah Marieska. Karena Marieska belum pulang masih ada keperluan di luar, Sutopo cukup lama berbincang dengan Om Jefri. Ngobrol kiri kanan, utara selatan, dan ada satu topik yg membikin panas hatinya.

Om Jefri mengkritisi budaya pegawai negeri dan juga perusahaan pemerintah. Menurutnya ada kebiasaan yang menjadi suatu hipokrit massal  dan merata. Om Jefri bilang, kalau gaji pegawai di Indonesia itu sangat kecil, tapi kulturnya yang teramat besar. Sutopo sempat mendebat, tetapi terpojok dan lemah dengan fakta fakta yang disampaikan Om Jefri. Bahkan Sutopo menyadari sering mengalaminya juga.

Kultur itu berupa salam tempel untuk mempercepat, mempermudah maupun untuk keuntungan segala urusan. Tanpa salam tempel urusan jadi rumit dan panjang. Menurutnya, kebiasaan itulah yang menjadi akar masalah budaya korupsi.

Sutopo jadi mengingat ingat , siapa tokoh yang pernah dengan mendalam mengulas budaya itu? Mochtar Lubis? Muh Hatta?

Sutopo mengingat ingat, dan merasa risau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun