Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 16

22 Mei 2018   09:27 Diperbarui: 22 Mei 2018   10:50 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

II.4  Kembali ke Jakarta

Seti ap orang pasti mengalami saat saat meragu. Tetapi dibalik keraguan juga terdapat wisdom, kebijakan.

Jangan risau dan berhenti kalau kadang meragu menghadapi persoalan, karena itu memang malah diperlukan. Orang yang tanpa keraguan akan mudah terperosok dalam jebakan keyakinan.

Tetapi jangan sering sering dan terlalu lama  ragu ragu dan tidak berupaya menentukan langkah dan sikap. Itu akan menjadi mental blok yang membuat kerdil.

Sutopo meragu untuk mengambil sikap, tetap bekerja di Jakarta atau pindah ke Yogya? Tanya itu sampai sore belum ada jawab.

Minggu jam 4.00 sore, dari stasiun Mbalapan Solo, Sutopo kembali ke Jakarta naik kereta Senja. Mentari mulai malu malu undur diri, meredup dari haribaan kota Solo yang cantik dan kulineri. Bersit sinar sore menerobos lobang atap metal stasiun, bak sinar wangsit dalam dongeng masa lalu.

Setelah kereta berangkat dari Solo jam 4.30, Kira kira jam 19 an nanti, kereta akan berhenti di stasiun Kutoarjo, dan seperti biasanya, Sutopo akan meloncat keluar kereta, bergegas membeli Nasi campur di warung pinggiran Stasiun. Dibungkus, di take away dan akan disantap di kereta.

Dan Sutopo akan pura pura nawari penumpang di kiri kanan, dan tentu saja dengan basa basi para penumpang akan menolak juga. Itu sekedar basa basi Jawa style, tawaran tidak sepenuh hati tapi diperlukan. Kalau tidak Sutopo akan dianggap orang yang Budi pekertinya kurang baik.

Pikiran Sutopo belum kosong dan steril dari kata kata ibunya pagi tadi. Dan dia juga belum memahami permintaan ibunya untuk menjauh dari keluarga besarnya. Ujaran ibunya pagi tadi meskipun disampaikan dengan suara pelan , namun mengandung hawa kemarahan, paling tidak kejengkelan, tapi penuh keyakinan. Sutopo berpikir apa jadinya kalau ia tidak mematuhinya? Dunia tidak akan kiamat , tapi ibunya akan kecewa berat dan dirinya juga akan selalu memikul beban rasa bersalah berkepanjangan.

Sedangkan kalau dia mematuhi, mengundurkan diri, membatalkan lamaran dosennya, dia akan menanggung kesan tidak baik dari pihak UII. Konsekuensi Yang akan sangat menjengkelkan, adalah sikap dan cemoohan Sumitro nanti. Temannya itu bakalan meledek dan mentertawakanya habis habiskan setiap mereka bertemu. Mulut mereng itu akan menyang menyong kepuasan, dan tak henti henti ngece memojokkan. Membayangkan saja sebel, apalagi beneran, pasti pool sebel.

Dalam gerbong yang penuh sesak , melaju tertatih tatih menuju Stasiun akhir Gambir Jakarta, pikiran Sutopo melayang jauh ke masa lalu ketika menghadapi dilema yang mirip, memberi saran kepada Kinanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun