Penyu laut (Cheloniidae)  adalah reptil laut yang sekarang kelimpahannya mulai menurun dan terancam punah loh. Tidak heran, rentang usia hidupnya yang lama dan pergerakannya lambat membuat hewan ini dijuluki sebagai  "Si  Tua nan Lamban".  Nah, sebelum lebih dalam membahas kenapa sih penyu semakin hari semakin malang, kita kenalan lebih dulu yuk dengan penyu "Si Tua Lamban".
Penyu merupakan hewan yang berasal dari  filum Chordata dan dikelompokkan ke dalam famili Cheloniidae. Terdapat 7 jenis penyu di dunia antara lain Eretmochelys imbricata (Penyu sisik), Lepidochelys olivacea (Penyu lekang), Natator depressus (Penyu pipih), Caretta caretta (Penyu tempayan), Lepidochelys kempii (Penyu lekang kempi), Chelonia mydas (Penyu hijau), Dermochelys coriacea (Penyu belimbing). Menariknya, 6 dari total 7 jenis penyu ada di Indonesia loh.
Walaupun lamban saat bergerak di daratan, ternyata penyu sangat tangkas untuk berenang di dalam air. Hal ini disebabkan karena penyu mempunyai cangkang keras di bagian karapas dengan kaki pendayung yang ada di depannya. Cangkang  penyu yang tersusun dari zat tanduk ini berfungsi sebagai pelindung alami dari predator. Selain ditutupi cangkang, ada juga struktur  penutup pada bagian dada dan abdomen yang disebut sebagai plastron.Â
Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang berfungsi sebagai alat kemudi. Selain itu, penyu mempunyai alat pencernaan luar yang keras, untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan. Penyu menghabiskan waktu di dalam air lebih lama dibandingkan dengan di darat, walaupun berada di dalam air penyu tetap harus naik ke permukaan air untuk bernapas, dikarenakan penyu termasuk hewan yang bernapas dengan paru-paru.
Terjadinya penurunan populasi penyu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor alami dan  faktor antropogenik yang disebabkan oleh aktivitas manusia.  Setelah beberapa waktu lalu heboh dengan berita kematian penyu karena memakan plastik, ternyata ada beberapa hal yang juga membuat hewan lamban ini semakin berkurang populasinya.
Salah satu yang menyebabkan berkurangnya populasi hewan lamban ini adalah adanya pengaruh antropogenik yang akan berdampak pada proses perkembangbiakan penyu. Penyu, berkembang biak dengan cara bertelur. Saat akan bertelur, hewan ini akan pergi ke pantai berpasir yang umumnya terpapar oleh gelombang dan air laut yang hangat.Â
Pola perilaku bertelur itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi, muncul dari permukaan laut, mempersiapakan lokasi bertelur, membuat lubang untuk bertelur, deposit telur di dalam lubang, menutup telur dengan sirip belakang, menutup sarang berrtelur dengan pasir.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Witherington dkk. 2011, barrier seperti dinding laut dapat mencegah penggunaan bagian pantai untuk penyu bertelur dan menyebabkan perubahan dalam distribusi sarang. Penyu membuat sarang lebih dekat ke arah laut yang memiliki risikokematian telur dari erosi dan genangan.
Nah miris banget setelah tahu hal-hal di atas, ternyata memang penyu itu 'Si Tua nan Lamban" yang malang ya. Hidup di laut, tapi habitatnya tercemar oleh plastik. Bertelur di darat tapi banyak dinding-dinding pembatas dan dan erosi pantai. Oleh karena itu, yuk jangan cemari laut dan jaga ekosistem pantai agar biota-biota lautnya juga tidak malang seperti penyu 'Si Tua nan Lamban" ini ya.