Mohon tunggu...
Mulyadi Djaya
Mulyadi Djaya Mohon Tunggu... Dosen Univ. Papua -

Memotret Papua bagai oase yang tidak pernah kering. Terus berkarya untuk Indonesia yang berkemajuan (#dosen.unipa.manokwari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelusuri Jejak Nenek Moyang Orang Papua

12 Maret 2018   01:18 Diperbarui: 12 Maret 2018   01:36 28178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia Erectus Musnah

Sepuluh juta tahun berikutnya bumi mengalami pergeseran akibat rotasi dan tekanan magnit dengan planet lainnya yang menyebabkan bumi membentuk dua benua besar yaitu Lempeng Laurasia di bagian utara dan Gondwana di bagian selatan. Pelan dan pasti kedua lempeng besar tersebut pecah. Lempeng Laurasia berkembang menjadi lempeng Eurasiasedangkan lempeng Gondwana berkembang menjadi lempeng Afrika, Amerika Selatan, dan Indo-Australia, termasuk di dalamnya pulau Papua.

Berikutnya lempeng Gondwana pada 65 juta tahun lalu pecah menjadi lima lempeng besar yaitu lempeng Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika. Sedanglan benua Australia memisahkan diri menuju timur laut meninggalkan antartika yang akhirnya bertabrakan dengan lempeng Eurasia menjadi pulau Papua terlepas dan bertabrakan dengan lempeng Pasifik dan Eurasia.

Pada periode ini manusia kuno tersebut belum mampu melakukan perjalanan yang jauh karena sudah dihalangi oleh samudera yang luas dan belum mampu menciptakan teknologi yang digunakan untuk mengarungi lautan. Dengan kondisi demikian manusia Homo erectus mengalami musnah kecuali di Papua.

Homo sapiens Berjalan di Atas Es

Teori berikutnya terjadi pada Zaman Es yaitu 2,4 juta tahun lalu.  Saat itu  suhu bumi turun paling rendah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol. Beberapa samudera membeku berbentuk es di kawasan kutub dan gletser di gunung. Tutupan es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa. Pada zaman itu, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena membeku di daerah kutub.

Berdampak juga di laut China Selatan mengalami kekeringan sehingga kepulauan Nusantara barat bersatu dengan daratan Asia Tenggara. Sementara, pulau Papua juga tergabung kembali dengan benua Australia. Kebanyakan manusia zaman tersebut tidak bisa bertahan hidup karena mati kedinginan dan membeku selama 16.000 tahun. Bahan makanan dari tumbuhn dan hewan banyak yang mati. Kecuali manusia yang tinggal di daerah kering dan pegunungan seperti  Flores, Papua, dan Australia. Hingga zaman es berakhir (zaman interglasial) migrasi manusia relatif tidak terjadi.

Lagi-lagi pada periode glasial -- proses berubah menjadi samudera, manusia modern yang disebut Homo sapiens dari Afrika melakukan migrasi besar-besaran ke seluruh penjuru dunia dalam dua gelombang. Gelombang pertama terjadi sekitar 100.000 tahun lalu, kemudian gelombang kedua pada 50-70 ribu tahun beikutnya.

Manusia Sapiens Hidup di Pesisir

Gelombang pertama memiliki ciri seperti orang Melanosoid yaitu kulit hitam kecoklatan, rambut ikal, dan hidung, bibir besar seperti orang Papua pesisir dan Aborigin di Australia. Mereka berkonfrontasi -- saling membunuh dengan suku-suku sisa dari manusia Homo erectus hingga punh. Mereka  menerapkan budaya berburu dan mengumpulkan makanan (hunter & gatherer), lambat laun menjadi pertanian ladang berpindah.

Beberapa kelompok lain menggunakan perahu cadik menuju Paparan Sahul (Papua dan Australia). Di Papua terbagi dua melalui pantai utara dan selatan. Yang mendarat di pantai utara membentuk suku Biak Numfor, Supiori, Yapen, Waropen, Nabire. Diketahui suku Biak sangat menguasai ilmu pelayaran sehingga menyebar hampir ke seluruh bagian utara dan barat Papua. Sedangkan yang jalur selatan mereka berasal dari Flores (Homo florensis) dan Australia (Aborigin) membentuk suku Muyu, Asmat, Irahutu, Onin, Amungme, Arguni, Kamoro, dan suku Koiwai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun