Mohon tunggu...
Muliadi Kurdi
Muliadi Kurdi Mohon Tunggu... Dosen - Biodata Singkat

Muliadi Kurdi. Penulis dan peneliti ilmu-ilmu kemasyarakatan. Dilahirkan 15 Oktober 1972 di desa Kuala Lambeuso, Lamno, Aceh Jaya (dulu Aceh Barat). Mengawali pedidikan dasar (SDN) Desa Jeumuloh, Kec. Jaya (Aceh Jaya) tahun 1980. Satu tahun kemudian penulis pindah ke SDN Inpres Keude Krueng Sabee (Aceh Jaya). Melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTsN) Calang, Aceh Jaya (1986) dan tahun 1992 menyelesaikan pendidikan SMAN Calang, Aceh Jaya. Pendidikan strata satu (S1) diselesaikan pada fakultas Tarbiyah konsentrasi bahasa Arab UIN Ar-Raniry (dulu IAIN), strata dua (S2) konsentrasi fikih modern PPs (UIN Ar-Raniry) dan strata tiga (S3) konsentrasi fikih UIN Ar-Raniry Banda Aceh.[]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Imam Asy-Syafi'i Pribadi Penawan Hati Umat

13 Maret 2020   10:05 Diperbarui: 13 Maret 2020   10:09 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Imam Asy-Syafi'i dilahirkan di Ghaza [Palestina] dan wafat di Mesir [Kairo]. Dia memiliki keturunan mulia baik dari garis ayah maupun dari pihak ibunya. Selama hidup sang imam membiarkan dirinya tenggelam dalam lautan ilmu. Sebelum kersohor sebagai seorang imam mazhab, ternyata ia seorang sastrawan. Masa mudanya dihabiskan di kampung Bani Huzail untuk mendalami ilmu bahasa dan sastra Arab. Potensi nalar tinggi yang dimiliki, ditambah imajinasi tajam menjadi sarana penting menyibak rahasia terdalam simbolitas kesusastraan Arab. Tak heran, dengan wawasan itulah ia menjerat perhatian, kesadaran dan senyum warga Arab saat melantunkan pesan hikmah lewat syair-syair seperti terekam dalam diwannya. Ini yang kemudian membuat dirinya tegak sebagai sastrawan ternama di kalangan suku Arab.

Menyaksikan kehebatan itu, seorang Mufti Makkah mendekatinya, wahai Abu 'Abdillah, kefasihan bahasa dan kecerdasanmu akan lebih bercahaya jika disertai ilmu fikih. Dengan fikih engkau akan memimpin semua generasi di zamanmu. Menyambut saran itu, ia mulai mendalami Al-Qur'an, menghafal kitab Muwatha' Imam Malik sembari mempelajari fikih, ilmu hadits kepada Muslim bin Khalid az-Zanji (100-179 H.) dan Sufyan bin 'Uyainah (107-198 H.). Kontribusi intelektual tersebut telah memahat namanya sebagai seorang mujtahid besar dalam jajaran imam mazhab.

Pada puncak kajian, ia menemukan konsep fikih yang tersurah dalam salah satu karya syairnya, jadilah ahli fikih sekalian ahli sufi, jangan hanya salah satunya. Sungguh demi Allah saya benar-benar ingin memberi nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari fikih, tidak mau menjalani tasawuf hatinya tidak pernah merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tidak mau mempelajari fikih bagaimana jalan dia menjadi orang baik. 

Imam Asy-Syafi'i memiliki nasab mulia yang terhubung dengan Rasulullah SAW. Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muththalib bin 'Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'd bin Adnan. Dilahirkan di desa Gaza 150/767 M. bertepatan hari wafat Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit Al-Kufi (80-150 H.). Asy-Syafi'i kecil tumbuh dan berkembang dalam kondisi yatim.

Beliau hidup di bawah asuhan ibunda. Pada usia dua tahun sang ibu membawanya ke Hijaz dan hidup di tengah keluarga dari pihak ibunya (keluarga Yaman).  Di desa Hijaz ia belajar Al-Qur'an, ilmu tauhid dan dasar-dasar ilmu agama. Di usia tujuh tahun beliau mampu menghafalkan Al-Qur'an secara sempurna. Di samping mempelajari agama, di usia masih belia ia pernah tinggal selama 10 tahun bersama suku Huzail guna mendalami sastra Arab melalui syair-syair yang tersimpan dalam naskah bani Huzail.

Imam Asy-Syafi'i mengalih perhatian kepada fikih dan hadits sejak mendapat arahan dari pemuka-pemuka agama di Makkah. Dari itu, sebelum ia belajar kepada imam Malik, berdiskusi dengan Imam Ahmad bin Hanbal dan beberapa ulama ternama dari mazhab Hanafi, ternyata ia berguru kepada ulama-ulama ternama selama di Makkah seperti Muslim bin Khalid Az Zanji (w. 180 H),  Muhammad bin Juraij (w. 150 H), Atha' bin Abi Rabah (w. 115H), dll.

Setelah menghabiskan umur dalam ibadah dan mendalami ilmu-ilmu keislaman akhirnya Imam Asy-Syafi'i meninggal dunia 204/821 M., di Mesir. Imam Asy-Syfi' meninggal dunia dalam kondisi papa. Secara materi yang dimiliki imam tidak ada suatu pun untuk dikenang. Akan tetapi, semua orang membicarakan tentang kedermawanan, kemurahan dan ketinggian ilmunya. Di antara karakter inilah mambuat hati tertawan padanya.[]

  • Biarlah hari-hari berkhianat setiap waktu # Tiada berguna obat penawar untuk menghalangi kematian [ajal]
  • Aku (Asy-Sfafi'i) berjaga malam, demi menyaring ilmu, lebih nikmat bagiku #  Daripada memperoleh kekayaan dan indahnya berpelukan [cinta ilmu]
  • Teman yang tidak memberi faedah dalam kesedihan # Hampir dapat disamakan dengan musuh [memilih teman]
  • Teman sejatimu adalah yang [selalu] bekerja bersamamu #  Dia [rela] mengorbankan dirinya agar ada yang bermanfaat untukmu [memilih teman]
  • Jika kepala keluarga gemar main rebana #   Maka sifat keluarga seluruhnya adalah menari [nasehat keluarga] [Diwan (kumpulan Syair) Imam Asy-Syafi'i versi terjemahan (ed.) Muliadi Kudi)

Darussalam, 13 Maret 2020

=Muliadi Kurdi= 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun