Mohon tunggu...
Bowo
Bowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyendiri

Sendiri saja

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengharap Petani Milenial, Jauh Panggang dari Api

24 November 2021   18:14 Diperbarui: 24 November 2021   18:14 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aziz Abdul Rahman petani hidroponik milenial dari Kabupaten Bogor. Sumber: petanidigital.id

Kementerian Pertanian, sejak 2018, telah meluncurkan program kartu tani yang bisa digunakan oleh petani guna membeli pupuk bersubsidi.

Subsidi

Bentuk kartu tani berupa debit BRI co-branding yang dipakai khusus untuk transaksi pembayaran Pupuk Bersubsidi di mesin Electronic Data Capture (EDC) BRI yang ditempatkan di pengecer. Kartu tani juga bisa dipakai untuk seluruh transaksi perbankan.

Tetapi, kartu tani tidak berguna karena pupuk subsidi lebih sering langka daripada ada.

Padahal subsidi pemerintah untuk pupuk selalu naik tiap tahun, tapi kenapa pupuknya selalu langka?

Pembagian traktor dan alat panen sebagai bagian dari subsidi tidak langsung juga sudah dilakukan Kementan, tapi belum berhasil menggenjot produksi pertanian. 

Karena jumlah traktornya cuma satu untuk setiap kelompok tani, yang bisa mengoperasikannya juga cuma satu orang.

Karena itu banyak petani di Jawa yang antre untuk bisa menyewa traktor bajak beserta operatornya.

Kalau gitu tanam saja tanaman yang tidak perlu tanah bajakan, tidak repot, kan? Tergantung. Kalau tanahnya tidak cocok ditanami kopi masak mau maksa nanam kopi?

Inovasi

Milenial dan Gen Z biasanya senang memanfaatkan teknologi.  

Bila ingin mencetak petani milenial, kenalkanlah cara bercocok tanam mutakhir kepada mereka, minimal cara yang sudah ada seperti hidroponik, polybag, atau vertikultur, sehingga stigma mereka pada pertanian tidak lagi harus becek-becekan di lumpur, mencangkul sekuat tenaga, dan hasil panen yang lebih sering gagal daripada sukses.

Buktinya sudah banyak inovasi pertanian diluncurkan, jumlah petani bukannya bertambah malah berkurang terus.

Penyuluh Pertanian Lapangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun