Perempuan Indah Sebagai Fiksi Dan Berbahaya Sebagai Fakta
Pada sebuah statement seorang yang disebut-sebut sebagai filsuf kontemporer dan cukup tenar namanya yakni Prof. Rocky Gerung, yang dirinya menyebutkan sebuah sindiran dalam bentuk kata "Wanita itu indah sebagai fiksi dan berbahaya sebagai fakta". Saya mencoba memahaminya sebagai berikut :
Walaupun sudah dijelaskan maksud dari kata tersebut adalah bentuk sindiran terhadap posisi perempuan atas laki-laki, dimana perempuan itu sendiri dijadikan sebuah media laki-laki untuk melakukan suatu hal atau bisa dikatakan menjadikan perempuan itu sebagai alat.
Sebab perempuan yang diberikan kemandirian oleh tuhan yang secara alami bisa mendapatkan orgasmenya, sedangkan laki-laki butuh dengan sebuah alat untuk mendapatkan orgasmenya.Â
Maka saya mencoba untuk beropini disini tentang hal tersebut, bahwasannya pendapat dari saya tentang perempuan indah sebagai fiksi dan berbahaya sebagai fakta adalah, tentang pengaplikasian perempuan pada zaman ini belum sesuai dengan kodrat mereka sebagai perempuan dimana penyebaran hal tentang feminisme yang menganggap bahwa pemahaman tentang menghargai seorang perempuan diletakan kepada sebuah sifat feminis yang melekat pada merempuan padahal secara nyata perempuan pun memiliki sisi maskulin di dalam dirinya sehingga feminisme yang di terjemahkan sebagai sebuah keindahan pada seorang perempuan nyatanya dapat menjadi senjata kepada perempuan itu sendiri dan menjadikannya petaka.
Lagi-lagi hal tersebut pun berkesinambungan terhadap peran laki-laki yang memperlakukan perempuan itu dengan cara seperti apa, yang seharusnya laki-laki dapat lebih jeli terhadap hak prerogatif seorang perempuan yang tidak bisa di lakukan laki-laki dan hak prerogatif laki-laki yang tidak bisa dilakukan perempuan. Dimana makna dari kesetaraan gender itu sendiri tidak semerta-merta setara melainkan menunaikan fungsi dan hak prerogatif masing-masing gender. Kita sebagai manusia sosial harus lebih teliti kembali dengan hak yang sudah di kodrat kan tuhan kepada setiap mahluk nya.
kesimpulannya laki-laki seharusnya dapat mengerti bahwa feminisme yang melekat pada perempuan jangan dijadikan sebuah alat dalam suatu hal, seperti menjual paras dan body seksi dalam sebuah kampanye komersial atau lain hal, menjual lekukan tubuh wanita sebaga strategi untuk memikat brand, menjual keberanian dan kecerdasan perempuan sebagai alat yang lagi -lagi untuk memikat sebuah pergerakan saja.
Jangan jadikan keindahan perempuan hanya untuk sekedar pemanfaatan yang bersifat sebelah mata, yang menyebabkan keindahan tersebut hanya sebagai fiksi dan membahayakan sebagai fakta sebab akan menimbulkan pikiran-pikiran bahwa keindahan wanita itu hanya sebuah alat saja untuk suatu hal. Seperti contohnya ketika seorang perempuan seksi di sandingkan dengan perempuan yang biasa saja di sebuah toko, kemudian perempuan seksi yang lebih banyak pelanggannya. Mungkin hal tersebut adalah strategi marketing, namun nyatanya yang dijual toko tersebut bukanlah produk toko melainkan keseksian, kecantikan, kebahenolan perempuan tersebut. Akhirnya secara tidak langsung hal tersebut justru menurunkan derajat perempuan itu sendiri.
Pesannya jangan halalkan segala cara untuk menggapai sesuatu hal, kita harus lebih teliti dan dapat melihat statistik dampak nya terhadap hal-hal yang akan dilakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI