Apa gerangan sebabnya? Karena di sekolah banyak mainan? Bisa jadi. Gurunya baik? Mungkin. Pengalaman baru? Bisa juga. Benang merahnya adalah, di sekolah ada berbagai hal yang menyenangkan baginya. Memuaskan keingintahuan dan gairah pengetahuan.
Ada satu kalimat dari teman yang saya kira baik untuk direnungkan. Katanya, ketika anak bersekolah TK, sesungguhnya ia bukanlah pergi sekolah. Namun pergi ke taman. Bukankah taman adalah representasi sebuah tempat yang menawarkan keindahan dan kenyamanan? Maka wajarlah anak TK sangat senang. Kan ke taman! Bukan sekolah!
Namun, ketika lepas dari TK, sekolah tiba-tiba tak lagi menyenangkan. Tugas bertumpuk, materi yang banyak, PR setiap hari, ujian, mengubah wajah sekolah menjadi tempat yang menyeramkan. Sekolah berat, ui!
Belum lagi ketika di gerbang sekolah, orangtua melepas dengan berbagai wejangan. Jangan nakal, belajar yang rajin, awas nilai merah, dan lain-lain. Di Belanda, pesan orangtua adalah : selamat bersenang-senang!
Hingga kemudian anak jenuh. Sekolah adalah beban. Bunyi yang paling dirindukan adalah bel istirahat dan bel pulang. Hal paling menyenangkan adalah bertemu teman-teman. Kelas adalah ruang persegi yang sakral, tempat bertemu semua pengetahuan. Di luar itu? Hanya senda gurau belaka.
Saya penasaran, sampai kapan si sulung akan memaknai sekolahnya dengan ceria. Mensinonimkan sekolah dengan kata kegembiraan.
Ketika sekolah adalah beban, maka yang ada hanyalah rasa jemu.
Sungguhnya, tak ada anak yang tak senang belajar. Hilangnya minat belajar terkadang disebabkan oleh lingkungannya sendiri, entah orangtua ataupun sekolah. Hilang sudah rasa ingin tahu yang membuncah. Diganti dengan kejemuan tak berujung.
Anak yang terpuaskan rasa ingin tahunya akan mencoba untuk mencari lagi dan lagi. Mencoba menemukan kemungkinan-kemungkinan baru yang bisa ditempuh. Sayang sekali bila dahaga pengetahuan itu terhenti pada usia yang sangat dini sekali, dimusababkan oleh pola pengasuhan dan pendidikan yang salah.
Ah, saya teringat satu novel favorit, Totto Chan, karya Tetsuko Kuroyanagi yang terbit pada awal 2000an. Gambaran kegiatan di sekolah Tomoe Gokuen didalam novel itu sangat mengensankan. Sekolah yang kelasnya saja sudah menarik bagi anak, deretan gerbong kereta!