Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidupnya Interaksi, Atmosfer Belajar yang Hanya Ada pada Kuliah Tatap Muka

17 Juni 2020   16:11 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:23 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perkuliahan tatap muka. sumber gambar: istn.ac.ic

Bagi saya yang terbiasa memulai kelas dengan ngobrol-ngobrol ringan dulu, menduplikasi hal tersebut di dunia maya tu susah! Apa serunya nge joke yang disambut emot tertawa? Jadi curiga, benarkah mereka tertawa atau cuma basa-basi?

Bila pertemuan melalui aplikasi seperti Zoom pun sama saja. Ada mahasiswa yang cuma masang wajah hadir saja. Belum lagi kalau sinyal internet nya putus sambung. Tahu-tahu dari 30 mahasiswa hanya sisa 20 atau setengahnya. Yang lain? Habis pulsa, pak! Sinyal hilang, pak!

Senyuman

"Senyuman asli, tak terganti dengan emoticon, Bang".

Begitu kata seorang kawan yang juga pengajar. Benar. Bertemu langsung , belajar bersama, ada bonus interaksi yang tak kan didapati di kelas virtual. Senyuman tulus. Asli. Bukan emoticon ataupun sticker yang kadang sekedar basa-basi. Ah, siapa yang tak suka kelas yang penuh senyuman dan riuh gelak tawa?

ilustrasi interaksi mahasiswa. sumber foto: binus.ac.id
ilustrasi interaksi mahasiswa. sumber foto: binus.ac.id

Mengukur Pencapaian

Terkadang dalam mengevaluasi hasil perkuliahan, kita terbantu dari pengalaman keseharian. Interaksi yang intens setiap pertemuan memudahkan dosen dalam memetakan pencapaian mahasiswa. Ada tipe mahasiswa yang aktif dan argumennya berisi. Ada juga yang asal aktif. Pokoknya bunyi dulu!

Tipe mahasiwa berikutnya adalah yang jarang bersuara dalam kelas, namun lebih pandai menunjukkan kemampuannya lewat tugas tertulis ataupun proyek. Kesemua tipe mahasiswa ini bisa kita simpulkan dari pertemuan kelas.

Saya termasuk orang yang tidak percaya bahwa ujian adalah alat ukur mutlak pencapaian peserta didik. Banyak sekali factor yang mempengaruhi pencapaiannya dalam ujian yang hanya dua kali dalam satu semester itu. 

Kurang tidurkah, dapat contekan kah, dapat ilhamlah. Macam-macam. Namun pola keseharian tidak dapat memungkiri ukuran pencapaian sebenarnya. Itulah yang asli!

Membaca Wajah

Saya suka sekali menilai ekspresi wajah seseorang. Gesture dan bahasa muka itu murni, mengungkapkan kondisi sebenarnya.

Sering berkedip, gelisah kanan kiri, biasanya menandakan ada apa-apa.

Kening berkerut, berbisik kanan-kiri, duduk menyandar dan kemudian melipat kedua tangan di dada, maknanya ada yang tidak ia setuju dari penjelasan dosennya. Namun tak berani membantah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun