AJARAN Islam mengajarkan dan mengarahkan kita untuk selalu menjaga mulut dari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Bahkan Alquran dalam ayat-ayatNya, antara lain, dalam surat Al-Ahjab ayat 70, An-Nisa ayat 63, dan surat Thaha ayat 44, mengatur dan memberi petunjuk tentang cara berkomunikasi yang baik melalui mulut.
Pertama, dalam surat Al-Ahjab ayat 63 disebutkan qaulan syadidan, bahwa orang-orang beriman harus berbicara dengan (perkataan yang benar dan jujur), kedua, dalam surat An-Nisa 63, dijelaskan orang iman supaya memiliki (perkataan yang dapat menyentuh lubuk hati yang paling dalam), dan yang ketiga, qaulan layyinan dalam surat Thaha ayat 44, dijelaskan orang iman harus membiasakan berbicara yang lembut dan menyenangkan kepada siapa pun.
Ketiga jenis perkataan tersebut, bila dipraktekkan dengan benar akan dapat menciptakan suasana komunikasi yang baik tanpa ada resiko permusuhan akibat ucapan yang menyakitkan.
Alquran dan As Sunnah mengajak setiap orang yang hendak berbicara agar mempergunakan pikiran, hati dan kematangan emosinya.
Dalam Alquran Allah SWT berfirman, "Janganlah engkau mengerjakan sesuatu yang tidak paham ilmu tentangnya..." (QS. Al-Isra:36)
Sabda Rasulullah saw, "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari Akhir maka hendaklah berbicara dengan baik atau diam." (HR Bukhari Muslim).
Menjaga mulut dengan pikiran dan emosi merupakan tindakan terpuji. Salah satu caranya adalah dengan mengucapkan dzikir kepada Allah. Dengan cara seperti inilah, kita dapat melanggengkan persaudaraan, dengan menghindarkan diri dari mengatakan yang menyakitkan orang lain.
Buruknya komunikasi kita dalam berinteraksi dengan sesama, tak hanya akan meruntuhkan harga diri yang bersangkutan, tetapi juga bisa menyalakan api kemarahan yang sanggup merengut nyawa manusia.
Sangat besar dampak yang ditimbulkan akibat mulut yang mengeluarkan kata-kata yang kotor dan julukan yang menyakitkan. Justru sebagai orang iman sejati harus membuat orang lain nyaman baik oleh mulut maupun perbuatan. Sabda Nabi Muhammad saw, "Muslim yang baik adalah Muslim yang memberi keselamatan terhadap Muslim lainnya, baik dengan mulut maupun dengan tindakannya." (HR Bukhari dan Abu Daud).
Alquran juga mengatur cara memanggil atau menjuluki orang lain dengan julukan-julukan. Alquran melarang keras orang yang memanggil dengan julukan yang fasik atau yang sifatnya merendahkan diri seseorang. Hal ini dijelaskan dalam surat al Hujarat ayat 11. Pengertian dalam ayat ini menurut Ibnu Jarir, tidaklah dilarang apabila julukan tersebut mengandung sifat terpuji, seperti julukan yang ditujukan kepada sahabat Umar, al Faruq (juru pemisah benar dan batil) dan julukan yang baik lainnya.
Di zaman serba canggih dan sensitif dengan perubahan kehidupan yang tak menentu serta dinamika politik ini, siapa pun yang ditakdirkan Allah SWT menjadi seorang pemimpin atau publik figure hendaknya selalu menjaga perkataan dari kata-kata yang kasar, tidak sopan dan makian. Betapa pun berkuasanya sang pemimpin mengelola dan merekayasa setumpuk program yang dia rangkai dengan segala keahlian dan keterampilan yang menabjubkan. Sebut saja masyarakat telah mengacungkan jempol untuknya sebagai sang pemimpin, kreator, konseptor, cerdas dan berani. Namun kehebatan itu akan rontok dan lenyap  manakala dia tidak menjaga mulut dari perkataan kotor, kasar dan menyakitkan perasaan orang banyak. (m)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI