Loe pernah tipu gue Doel, jadi gue kagak pernah lagi percaya sama omongan mu, timpal Udin.Â
Buah ketidakjujuran yang doyan kibuli orang lain, memiliki tujuan lain disetiap kebaikan yang dilakukan. Ujungnya diragukan orang lain, bahkan di cemoooh loh. Kagak percaya deh pokoknya, apapun yang loe katakan, miris kan
Seperti jargonnya para politikus parpol, manisnya janji-janji mereka saat berkampanye. Bosan kan, terus menerus disuguhkan dengan narasi yang sama, membangun opini ini lagi itu lagi, orangnya sama lagi. Haha.. Tika duduk kursi, kemana ya janjinya? Awas loe, tak ingat tahun 2024 sebentar lagi.
Hal ini sangat relevan dengan firman Allah dalam Al-qur'an surat Ash-Shff: 2-3;
Artinya. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Kembali pada salam pembuka "Jangan lihat orangnya, tapi dengarlah apa yang ia sampaikan". Ya, dengarkan dan saring nasihatnya, ambil yang baiknya buang buruknya (tutup mata sama orangnya).
Meskipun orangnya tidak sesuai dimata kita, tapi kata-katanya bisa dikutip dong. Ambil manfaatnya dari kata-kata bijaknya. Lalu orangnya, ya tak pikir.
Menjadi Contoh atau Hanya Pemberi Contoh
Inilah yang seringkali kita temui, bahkan terkadang kita sendiri sebagai pelakunya. Dimana kita mungkin piawai dalam memberikan nasihat, anjuran kebaikan kepada orang lain yang terkadang bertolak belakang dari prilaku sebenarnya dari kita.
Menjadi contoh, teladan bagi orang lain tidak segampang dari sekedar memberi contoh. Kamu harus gini, gitu, ya gitu pokoknya. Kita, pada kagak gituan seperti anjuran/nasihat manisnya kita.
Pasalnya, teladan yang baik tercermin dari pancaran kepribadian seseorang, keselarasan ucapan (lisan), prilaku yang terakumulasi dalam moral. Buah dari mentalitas bukan.