Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sirat Pakaian dan Arti Sebuah Nama "Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga"

10 Juli 2021   07:04 Diperbarui: 10 Juli 2021   07:11 2472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah peribahasa lama berbunyi, "karena nila setitik rusak susu sebelanga." Peribahasa yang memiliki pengertian satu kesalahan saja dapat menyebabkan semuanya salah.

Sirat Pakaian 

Berdasarkan istilah kamus, pakaian adalah barang yang dipakai seperti baju, celana dan sebagainya. Pendek kata apa yang dikenakan dalam membalut anatomi kita. 

Bila didefinisikan lebih luas lagi dalam peruntukan dan bentuk pakaian, maka munculnya yang dinamakan pakaian adat, dinas, pakaian sehari-hari, dan sebagainya. Yang jelas ada perbedaan disetiap pakaian, baik tempat maupun peruntukkan, dimana dan kapan pakaian itu bisa dipakai.

Bila dalam kacamata sosial budaya, jelas memiliki perbedaan. Baik dengan varian nama dan standar kepantasan, pakaian dapat menjadi acuan melihat tipologi seseorang. Agama pun juga begitu, kriteria setiap keyakinan berbeda pula dalam menetapkan nilai pakaian versi keyakinan yang dianut.

Menjadikan pertanyaan besar apakah pakaian dapat mengukur kualitas dan kebaikan seseorang? Menurut teori awamologi, bisa juga iya bisa juga tidak. 

Faktanya dapat diperhatikan pada lingkungan sekitar, loh. Ada yang berpakaian pantas namun tidak menunjukan semestinya. Begitupun sebaliknya, meragukan dari sisi pakaian tapi berkualitas dan baik orangnya.

Kembali pada sirat pakaian, nilai seseorang pada dasarnya bukan dari sisi pakaian. Justru kembali pada personnya. Seharusnya pakaian seiring dangan tindak atau perilaku hidup dan penempatannya, kan. Agar penilaian pada setiap individu baik bagi orang lain, menilai tentang kita. 

Arti Sebuah Nama

Nama adalah hal penting untuk identitas/inisial kita. Bentuk sapaan cara berkomunikasi juga memiliki kekuatan dalam menilai individu tertentu.

Sangat membingungkan jika seseorang tidak memiliki sebuah nama. Atau nama telah tertera label tertentu, baik atau kurang baik. Maka nama sangatlah penting, menurutku. Membangun nama dalam artian kebajikan atau keburukan jelas mempengaruhi penilaian akan figur tertentu. 

Dan juga dapat mempengaruhi nama sebuah keluarga bahkan lingkungan hingga wilayah dalam skala luas, kan. Jika harum atau tidak juga sebaliknya. Meninggal pun akan menjadi kenangan dan kisah bagi orang lain. Beruntung jika nama itu harum dan bagaimana jika sebaliknya? stempel keburukan akan selalu lekat yang akan diingat.

Hal ini terbukti pada saat ini, banyak diantara kita menghubungkan sebuah nama sebagai nilai jual untuk membentuk nama kita dan berdayaguna untuk dimanfaatkan dalam menarik simpati orang lain.

Menjaga nama, mempertahankan sebuah nama serta membentuk nama kita sendiri itu perlu untuk dipertimbangkan. Personal Branding.

Pada sisi lain nama juga tidak hanya berlaku bagi inisial saja. Dalam hal produk, usaha, partai, jasa, profesi dan lainnya harus punya nama. Agar punya eksistensi, yaitu brand. Nah, brand itu terbentuk karena nama yang telah terbangun dan pakaian yang kita kenakan. Cukup publik mendengar nama, maka dari isi tidak diragukan, keun.

Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Sirat pakaian dan arti sebuah nama, cara membangun image positiv. Khususnya pada diri sendiri yang berdampak pada pandangan umum. 

Dalam artian simbol suatu daerah bahkan tanah air pun tidak luput dari ini. Semakin banyak yang menjaga pakaian dan nama dari segala hal yang dapat mencorengkan-nya rentan mempengaruhi pandangan orang lain terhadap kita.

Sebut saja kasus viral yang memalukan misalnya. Yang dilakukan seseorang yang tidak bermoral/bertanggung jawab, menjadi tranding topic dalam laman berita nasional saat ini. 

Menjadi momok memalukan atas kejadian ini, sehingga image jelek bisa terbentuk akibat dari perbuatan jahil orang-orang yang tidak berpikir panjang. Imbasnya, yakni semua kecipratan dampak negatif. Keluarga hingga nama wilayah/daerah menjadi tercoreng karena aib, ulah jahir seseorang.

Inilah mengapa sangat cocok dengan pribahasa lama 'Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga". Orang  yang membuat ulah kita semua juga dapat getahnya.

Semoga dalam setiap kejadian yang memalukan dapat menjadi pekerjaan rumah, evaluasi semua unsur yang ada untuk berbenah dalam memperbaiki diri atas kesalahan. Tanpa tunjuk menunjuk siapa yang salah, salah menyalah diantara kita, ya solusi penanganan ini yang penting toh.

Dampak kesalahan juga berlaku untuk semua kita. Karena satu orang bisa merusak citra semua, nama keluarga, daerah, bahkan nama suatu bangsa. Jika tidak bisa berbuat baik, minimal jangan libatkan orang lain merasakan dampak karena ulah kita.

Pendekkata tidak semua orang menyukai keburukan dan kejahatan. Dan tidak mungkin semua orang  berkarakter tidak buruk dari seribu umat manusia. Dan banyak yang baik, loh.

Karena oknum maka semua kena imbas, image buruk dari prilaku tidak bermoral. Yang gagal memahami arti sebuah nama dengan pakaian yang salah ia kenakan pada tempatnya.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun