“suara jangkrik, pasar tradisional itu aja yang ada”
“Kalau Jakarta serba ada, celoteh Emak”
“Ini Pak Mak, besok rencananya Ana mau ajakin jalan-jalan loh”
“Melihat Jakarta”
Berbinar-binar kegirangan. Besok jalan-jalan. Nanti kalau pulang. Ntar akau ceritain sama Pak Umar. Dan para tetangga. Ini loh, Jakarta.
Saat berjalan terus berdecak kagum. Melihat ada kereta api berjalan diatas. Deretan kendaraan mewah, dan lain-lain. Lebih kagum lagi saat Ana mengajak masuk kedalam toko besar. Dan naik sebuah tangga jalan. Membuat Pak Fulan ketakutan. Ana, aja yang naik. Bapak tunggu aja sini, timpalnya.
Sambil menunggu, tambah hebat ke kaguman Pak fulan pada Jakarta. Edan, edan gumamnya. Dan kebengongan bertambah ketika melihat Ana, selepas berbelanja di Mol hanya mengesekkan sebuah kartu tipis di depan kasir tanpa membayar. Lalu berlalu. Sangat simple.
Sambil menikmati perjalanan melancong kota, Tiba-tiba Pak fulan mendesis, kok sungainya kotor ya. Banyak sampahnya. Pak Fulan pun bertanya.
"Na, kok kotor air sungainya"
"siapa sih yang membuang sampah sembarangan ini"
"Mboten ngertos, kebetulan ikut logat suaminya"