"Ni, rencana Ana sama menantu Bapak ni, mau ajakin Bapak dan Emak kesini, jalan ke Jakarta"
"Kan, seumur hidup Bapak belum pernah ke Jakarta, hanya dengerin aja dari tetangga"
"Jadi Ana berencana ajakin Bapak sama Emak, tuk lihat-lihat Ibu Kota Negara ni"
"Ada Monas, ada Taman Mini, Ancol, Ranggunan, dan masih banyak lain Pak, bagus-bagus lagi"
"Gimana ya Na, ntar Bapak pikir dulu, kan Emakmu nggak tau"
"Bisa berabe kalau nggak dibilangin, entar kopi nggak dibuatin lagi loh sama Emakmu"
"Kalau emak setuju Pak, ntar hubungi Ana ya Pak"
Sambil menyeduh kopi diteras rumah. Pak Fulan seperti memikirkan apa yang disampaikan si Ana. Ke Jakarta apa nggak sih. Binggung, kalau ke Jakarta, gimana ya? kan nggak pernah kesana. Gimana jalannya, caranya? Huh, enggak mau, rasanya rugi. Kan Jakarta itu sangat bagus khabarnya. Tu Pak Umar tetangga sebelah kemarin kesana, katanya Jakarta sangat menakjubkan. Kalau disini nggak ada, Jakarta pasti ada semua. Bikin penasaran Pak Fulan.
Sambil berpikir penuh keraguan. Enaknya ceritain aja sama emaknya Ana. Daripada penasaran sendiri. Ntar ada masukan. setuju apa nggak ke Jakarta.
"Neng, sapa Pak Fulan mengawalin perbincangan"
"Pagi tadi saat Neng keluar, Ana nelpon loh"