Jadi siapakah joker atau raja itu?
Dalam hal ini kita dapat menanalogikan dari sebuah tayangan acara TV yaitu tuan takur.Tuan takur adalah sebuah acara live disalah satu stasiun TV Swasta, yaitu acara audisi liga dangdut Indonesia.Â
Menariknya disini Tuan Takur tak pernah menunjukkan dirinya pada pemirsa. Kalaupun tampil itu pun memakai topeng tuk menutup wajahnya.
Kontestan dipersilahkan menunjukkan eksistensinya dipodium dengan pemirsa yang menonton langsung maupun dirumah beserta para Panelis yang nanti akan memberikan sebuah penilaian dari penampilan sang Kontestan.
Berbagai argumen dari sang panelis baik intonasi, artikulasi, gesture, fashion bahkan koreografer terhadap sang kontestan. Walau kadangkala penilaian tersebut tak seiring atau sejalan dengan kemampuan sebenarnya dari sang kontestan itu. Tapi penilaian itu masih memiliki pengaruh bagi calon juara dalam bertahan.
Bagaimana dengan para pendukung, jika kembali kepada aturan pada lomba maka para pendukung memiliki andil dengan mengvote jagoan mereka. Tapi, modal finansial besar juga harus mendukung selain solidaritas basis pendukung. Agar sang jagoan jadi pemenang.
Kembali kepada sang Tuan Takur. Walau panelis atau pendukung memiliki kontribusi besar dalam kontestasi ini, tuan Takur memiliki suara atau hak. Khususnya hak preogratif atau hak veto dalam menentukan sang kontestan. Bisa maju berlaga atau tereliminasi. Gugur sebelum bertempur dalam sebuah pepatah lama.
Lucu memang atau sulit dengan teka teki ini yang hampir sama dengan pesta demokrasi. Ada perahu tuk berlabuh, ada minyak dalam berlayar dan sebagainya.
Tapi dalam hal ini aku percaya dalam penilaian ku"tak perlu takut akan kegagalan atau penilaian dari tuan takur atau panelis dalam permainan catur. Yang penting suara masal masih memiliki trust and believe dibahu kita.
Bukan karena terpilih kita dipercaya, tapi kita terpilih karena buah kepercayaan.Â