Mohon tunggu...
Muklis Tain
Muklis Tain Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Anak Berbasis Pesantren

21 April 2017   14:31 Diperbarui: 25 April 2017   23:00 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak dalam pandangan Islam ialah merupakan suatu amanah dari Allah SWT yang diberikan kepada orang tua atau ayah dan ibu yang ada didunia ini, karena dari amanah yang diberikan Allah pada orang tua itulah yang menjadikan orang tua memilki kewajiban untuk merawat dan mendidik anaknya agar kelak dia dapat menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta berbakti dan taat, patuh pada kedua orang tua serta berguna untuk agama, nusa dan bangsa. Dalam sebuah hadist Rosul yang diriwayatkan oleh Amr Bin Ash menyatakan “Tiada suatu pemberian ayah yang lebih utama daripada (pendidikan) adab sopan santun yang baik pada sang anak”. Dalam hadist tersebut tentunya dapat dipahami bahwa pendidikan sangatlah penting terutama dalam pembentukan ahlak sang anak kedepan, oleh karenanya orang tua disini dituntut untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang terbaik pada anaknya agar amanah yang telah diberikan oleh Allah SWT pada orang tua dapat dijalankan dengan maksimal.

Akan tetapi jika kita melihat lebih jauh dalam kenyataan yang ada didunia ini tidak semua orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik, ketidakmampuan yang dilakukan oleh orang tua disini dapat disebabkan adanya beberapa faktor, diantaranya ialah tidak adanya waktu untuk sang anak, kesibukan orang tua dalam berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, tidak menguasainya orang tua terhadap pengajaran dan pendidikan bagi anak. Hal tersebut merupakan contoh kecil dari salah satu faktor diatas adalah pendekatan antara orang tua dan anak menjadi ini dan itu atau tidak harmonis dan tidak nyaman dalam suatu keluarga sehingga dapat mempengaruhi psikologi diri sang anak. padahal kalau kita pahami pesan dari Sayyidina Ali r.a : “I’lamu auladakum fainnahum makhluqun fi ghoiri zamaniku” . artinya : ajarilah anak-anak kalian, sesungguhnya kehidupannya tidaklah sama dengan zaman kalian. Pesan ini sangatlah jelas dan fasih sering kita ucapkan serta sering kita dengar tapi yang menjadi persoalan adalah kurangnya aplikasi kita (orang tua) dalam melaksanakan pesan tersebut. Jika kita telaah lebih dalam mengenai hal tersebut tentunya kita akan memiliki pandangan tantangan dan cobaan tidaklah sama yang dihadapi oleh orang tua dengan anak pada masa sekarang, kemungkinan lebih dan berat bagi diri sang anak.

Dalam mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut, sekarang pesantren yang statusnya sebagai lembaga pendidikan yang paling tua di Indonesia tidaklah ketinggalan dalam memberikan kontribusi perhatiannya dan kasih sayang, serta ikut andil dalam bertanggung jawan atas masalah tersebut yang sering terjadi di era sekarang ini. Dalam dunia pesantren mengedapankan bahkan mempertahankan sistem atau pola atau cara pendidikkan dan pengajarannya sendiri tanpa mengikuti kurikulum pendidikan umum yang di buat oleh pemerintah, hal inilah yang menjadi suatu pembeda antara keduanya dalam berbagai hal yang menyangkut masalah pendidikan di era sekarang.

Dalam membicarakan masalah pendidikkan anak pastinya tidak akan lepas dari pendidikan itu sendiri. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al Ghozali menerangkan bahwa tujaun dari suatu pendidikan adalah usaha manusia untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia ini dan diakhirat kelak. Selain itu ada yang berpendapat bahwa pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan dirinya untuk sesuatu hal yang bermakna. Dari pendapat yang terkemuka tersebut tentunya pendidikan sangatlah penting karena tentunya selama orang mencari ilmu adalah merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang agar dapat mengetahui apa yang belum diketahui dan dapat disebarluaskan pada orang lain agar bisa bermakna dan dapat mengahasilkan kebahagiaan tersendiri didunia dan diakhirat kelak.

Hal tersebut merupakan suatu gambaran bagi orang tua dan anak agar orang tua selalu membekali pendidikan anaknya semaksimal mungkin.

Pada hakikatnya pendidikan adalah merupakan sesuatu yang sudah diperiksa (evaluasi) dan dipersiapkan, direncanakan, matang-matang untuk seorang anak agar dapat menghadapi situasi dan kondisi, masalah, serta kejadian-kejadian yang tentunya nantinya dapat dihadapi dengan reaksi dan sikap yang bijaksana.

Orang tua tentunya sangat mendambakan anak yang sholeh dan sholehah tak mungkin orang tua menginginkan anakanya menjadi orang yang bejat, tidak memiliki ahlak yang baik, tidak bermoral dalam segala hal dalam kehidupan ini. Mendambakan anak yang sholeh dan sholehah menrupakan prinsip pndidikan anak dalam Islam. Dalam hal ini pendidikan dalam pandangan islam mencangkup tiga hal, pertamaAt-ta’lim (pengajaran), pendidikan ini sifat dan pelaksananya pendidik atau guru atau ustadz ustadzah yang mana hanya sekedar menyampaikan materi yang telah menjadi kewajiban seorang guru serta mnenyampaikan pemikiran-pemikirannya dengan cara atau metode yang dikehendaki, adapun peserta didik hanya sebagai pendengar atau bersikap pasif, karena sifat dan tujuan dari At-ta’lim sendiri itu hanya sekedar menyampaikan ilmu pebngetahuan dengan kata lain adalah mengirim ilmu atau mentransfer ilmu pada peserta didik kaitannya dengan pendidikan At-ta’lim dapat merujuk.

Kedua At-ta’dib aialah pendidikan yang kaitannya dengan tingkah laku atau sikap seorang anak, disini seorang guru memiliki peran dan fungsi memberikan suatu pengaruh yang besar daripada omelan atau nasehat dan sebaliknya dengan tidak adanya keteladanan dapat menimbulkan suatu kegagalan dalam suatu kegiatan belajar dan mengajar serta pembetukan ahlak yang baik terhadap anak didik. Karena anak itu lebih banyak mengambil pelajaran melalui ikut-ikutan dan meniru (gurunya) daripada melalui nasehat-nasehat yang telah dismpaikan oleh guru. Selain sebagai teladan yang baik juga sebagai kontrol atas perilaku anak dan pemberi motivasi. Mislanya memberikan perhatian pada kegiatan dan masalah-masalah yang sedang dihadapi sang anak pada waktu itu.

Ketiga At-tarbiyah artinya pendidikan disini memilki pengertian yang lebih luas daripada At-ta’lim dan At-ta’dib, melalui At-tarbiyah itulah bagaimana seorang guru dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri sang anak didiknya untuk mencapai tujuan yang telah digapai oleh sang anak kedepan nantinya. Dengan kata lain mempersiapkan seorang anak dengan berbagai sarana agar dia nantinya dapat hidup bermanfaat khususnya bagi dirinya sendiri dan umunya pada masyarakat luas, selain mengembangkan potensi dan pendidikan tersebnt, juga bagaimana seorang guru dapat mengembangkan kreativitas yang ada pada diri sang anak didiknya agar nantinya dia dapat berfikir analitis, kritis dan kreatif dalam mewujudkan hal-hal baru yang dapat diterima oleh masyarakat luas.

Dari ketiga hal tersebut dapat kita simpulkan dan dapat kita pahami yang berkaitan dengan At-tarbiyah ialah pertama, menuntut keinginan yang sifatnya ialah terus meneurs, serta kesungguhan dalam diri sang anak dalam masalah pendidikan. Kedua, menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi serta dengan bijak dapat menyelesaikannya. Ketiga, menuntut peserta didik untuk dapat memiliki pengetahuan luas serta beraklahk mulia. Selain itu menuntut peserta didik dalam mewujudkan kreativitas yang ada dalam diri peserta didik dan dapat berfikir kritis dalam menyikapi seuatu masalah yang akan ada dan datang di masa mendatang.

Memandang dari pendidikan Islam, Asnelly Ilyas dapat merumuskan sebagai berikut, pertama, pendidkan Islam ialah mempersiapkan serta menumbuhkan anak didik atau individu manusia untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari Islam, prosesnya ialah terus menerus sejak ia kecil hingga akhir hayat. Kedua, yang disiapkan dan yang dikembangkan meliputi aspek jasmani, rohani, akal, yang aman menjadi satu kesatuan yang tanpa mengesampingkan salah satu aspek atau melebihinya. Ketiga, memperisapkan peserta didik kearah yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun