Mohon tunggu...
Muklisin Said
Muklisin Said Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswa yang kritis

Berfikir dan zikir

Selanjutnya

Tutup

Politik

Identitas dan Politik Kebencian

6 Juni 2021   23:35 Diperbarui: 6 Juni 2021   23:54 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

  Permasalahan identitas ini menjadi semacam zero sum game yang membuat tatanan demokrasi makin rumit. Ketika suatu negara telah membuka kran selebar-lebarnya untuk merayakan kebebasan, maka kebebasan itu akan menimbulkan kontroversi saat mereka bertentangan satu sama lain. Apalagi untuk sesuatu yang belum ada payung hukumnya. 

Adanya perjuangan pengakuan dan pertentangan identitas dalam masyarakat yang demokratis menandakan bahwa sistem tersebut menimbulkan celah permasalahan baru. Artinya masyarakat belum nyaman dengan sistem yang ada dan membuka kesempatan untuk melakukan penelahaan lebih lanjut terhadap sistem baru.

 Kecenderungan politik (berbasis) identitas pun kian menguat di sejumlah negara yang demokratis. Keberhasilannya pun tampak dari peristiwa terpilihnya presiden AS yang sebelumnya sempat menggaungkan kampanye antiimigran. Tampak pula pada peristiwa Brexit di mana Inggris mulai skeptis dengan identitas bersama kawasan Eropa
Tak usah jauh-jauh, di Indonesia politik dentitas ini juga menguat dengan kemunculan diskursus pemilihan yang mengusung tema-tema siapa yang merasa paling mewakili ulama atau siapa yang merasa paling milenial, misalnya. Gerakan-gerakan akar rumput pun mulai melakukan penetrasi politik dengan melakukan demo-demo pro buruh, anti-asing , bela tauhid, bela Islam, bela pribumi, dan lainnya.

Mengenai identitas yang diusung dalam  setiap moment demokrasi tampaknya hal itu lebih cenderung dominan untuk kepentingan politik semata. Namun identitas yang diperjuangkan oleh gerakan-gerakan akar rumput tampak lebih riil demi pengakuan.

Para demonstran akar rumput itu menyuarakan pengakuan identitas karena merasa ada yang tidak menghormati (mengusik) identitas mereka atau selama ini identitasnya dimarjinalkan oleh kekuasaan.

Namun, keinginan untuk mendapat pengakuan tersebut kadang dengan mudah berubah menjadi tuntutan untuk menjadikan kelompok mereka superior . Setiap kelompok merasa memiliki hak lebih untuk dihormati sehingga ketika ada yang mengkritik atau menentang domain yang diusung identitasnya mereka harus dilawan.

 Akar rumput jadi terpecah belah karena memperjuangkan identitas demi pengakuan dan penghormatan masing-masing. Sedangkan para politisi seperti memberi angin pada perpecahan dengan memainkan isu identitas tersebut demi menggalang dukungan untuk tampuk kekuasaan.

Ada isu lain yang juga terkait tentang itu, misalnya tentang Anti-imigran, soal penduduk"pribumi" dalam rangka mendapatkan posisi ekonomi sosial yang dominan di daerahnya seperti ungkapan, ungkapan, larangan terhadap suku tertentu untuk masuk ke daerahnya, atau menjustifikasi tertentu sebagai teroris semakin meramaikan masalah politik kontemporer di dunia.

Ketika dua hal ini disatukan dalam suatu momen politik, mudah sekali memecah belah masyarakat. Tak usah siapa tunjuk siapa. Sebaiknya kita semua melakukan refleksi terhadap diri masing-masing

Muklis SS

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun