Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pendidikan Politik dan Demokrasi pada Generasi Z dalam Menghadapi Hasil Perhitungan Suara pada Pemilu, Perlukah?

15 Februari 2024   16:18 Diperbarui: 15 Februari 2024   16:26 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merujuk pada wawancara yang ada di atas, penulis menduga  ada sejumlah informasi pengetahuan yang dimiliki ole Generasi Z. Informasi- informasi tersebut didapat dari berbagai media ekstrem yang menyuarakan tentang pemilihan umum. 

Sebenarnya, mereka Generasi Z  yang sedang mengenyam pendidikan pada tingkat menengah atas dan sudah berusia 17 tahun ke atas masih belum memahami pendidikan politik secara benar. Namun,  media informasi dan teknologi telah membesarkan mereka dalam memahami poltik. 

Sebagai pembaca pasti dapat dibayangkan bagaimana pola pikir yang terbentuk apabila mereka  dibesarkan oleh media ekstrem dalam memahami politik. 

 Minimnya  Pengalaman Memilih 

Sebagai Generasi Z yang masih menduduki proses  belajar  pada jenjang menengah atas,  terlibat dalam Pemilihan Umum ( Pemilu) merupakan sebuah pengalaman unik dan menarik. Ada kesan kedewasaan yang meliputi kehidupan mereka. 

Ketika  mereka dihadapkan pada pilihan, mereka dituntut untuk berpikir, melakukan evaluasi, dan  perbandingan sebelum hak pilih diputuskan. Adapun hak pilih tersebut yang diambil dengan berbagai pertimbangan dinamakan dengan putusan politik secara individu. 


Putusan politik yang bersifat individu harus dilandasi dengan pendidikan politik yang mantap.  Pendidikan politik ini dapat membentuk pola pikir  Generasi Z  dalam bersikap terhadap berbagai  hal yang berkaitan dengan politik. 

Pengalam memilih merupakan sesuatu yang memberikan  kesan tunggal terhadap  proses pemilu yang dihadapi oleh Generasi Z. 

Hal  di atas didapat dari  jawaban  atas pertanyaan  yang penulis ajukan  " Bagaimana sikap Kalian  saat masuk ke ruang bilik suara?   Ada perasaan yang tidak mengenakkan muncul dari jawaban yang diberikan " Ketika saya masuk ke bilik suara, Saya bingung tidak tahu apa yang harus Saya kerjakan"lalu penulis menambahkan pertanyaan , 

Adakah arahan selama ini sebelum ikut pemilihan oleh  Petugas Pemungutan Suara ( PPS)?  " Tidak ada arahan sedikitpun, Saya hanya mengikuti alur yang ada di tempat pemungutan suara, akan tetapi langkah langkah pencoblosan saya ikuti alur pikir sendiri. " 

Menurutnya yang mereka pahami hanya untuk pemilihan presiden dan wakil presiden, sedangkan untuk calon legislatif mereka tidak memahami sama sekali tentang siapa pilih siapa dan siapa posisi dimana. Hemat penulis hal ini terjadi karen mereka tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan politik serta  hak pilih yang digunakan. Seharusnya sebagai Generasi Z yang jumlahnya  lebih dari 50 % suara pemilih nasional sudah siap untuk hal tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun