Belakangan istilah preprint makin sering terdengar di kalangan akademisi. Sederhananya, preprint adalah cara mempublikasikan hasil riset di internet sebelum melalui proses peer review di jurnal ilmiah.
Idenya terdengar mulia. Misalnya, jika seorang peneliti menemukan obat untuk penyakit yang sedang merebak, ia bisa langsung mengunggah hasil risetnya ke platform preprint. Informasi itu bisa diakses segera oleh peneliti lain, mungkin dimanfaatkan untuk menyelamatkan nyawa, tanpa harus menunggu proses penerbitan jurnal yang biasanya memakan waktu lama.
Namun, ada risiko yang sering luput diperhatikan. Begitu artikel diunggah ke preprint, ia akan muncul di Google Scholar dan bisa disitasi orang lain, meski belum melewati proses review. Jika ternyata kualitasnya belum memadai atau ditolak oleh jurnal tujuan, reputasi peneliti bisa terdampak.
Risiko lainnya, ketika artikel yang sama dikirim ke jurnal, sistem similarity check akan membaca teks di preprint sebagai "kemiripan", sehingga skor kemiripan (similarity index) bisa tinggi. Ini berpotensi menimbulkan pertanyaan dari editor atau reviewer, bahkan bisa menjadi alasan penolakan jika kebijakan jurnal tidak mendukung preprint.
Karena itu, preprint sebaiknya digunakan oleh peneliti yang sudah benar-benar yakin akan mutu karyanya dan paham kebijakan jurnal target. Kalau masih ragu atau belum siap menerima penolakan, lebih baik tunggu hingga artikel matang.
Keuntungan Menggunakan Preprint:
Visibilitas Lebih Tinggi: Preprint dapat meningkatkan visibilitas karya Anda, memungkinkan lebih banyak pembaca mengaksesnya, bahkan sebelum dipublikasikan di jurnal berbayar.
-
Dampak yang Lebih Besar: Membagikan karya Anda lebih awal dapat memberikan dampak yang lebih besar di bidang yang berkembang pesat, memungkinkan karya Anda memengaruhi arah penelitian selanjutnya.
-
Kecepatan Publikasi: Preprint memungkinkan publikasi hasil penelitian dengan cepat, yang sangat penting dalam bidang-bidang seperti biomedis .
Risiko yang Perlu Dipertimbangkan: