Pagi itu, Minggu 20 Juli 2025, saya berdiri di kawasan lapangan dekat Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng. Suhu menusuk tulang, kabut tipis menggantung, dan embun es mulai terlihat menutupi rerumputan dan dedaunan. Fenomena alam yang langka ini memang selalu berhasil menarik perhatian ribuan wisatawan dari berbagai daerah. Tidak hanya karena keunikan suhu ekstrem di musim kemarau, tapi juga karena suasana magis yang ditawarkan oleh alam Dieng.
Namun, di tengah kekaguman saya akan karunia alam ini, ada pemandangan lain yang menyayat hati, yaitu sampah. Plastik bekas makanan, bungkus minuman, dan berbagai limbah kecil lainnya berserakan di sekitar lapangan dekat komplek candi. Keindahan es di pagi hari itu seakan ternoda oleh jejak-jejak manusia yang enggan peduli.
Saya lalu merekam sebuah pesan singkat, yang intinya mengajak para wisatawan untuk menjaga kebersihan:
"Rekan-rekan semua yang pergi ke Dieng untuk melihat es di wilayah Candi Arjuna ini, tolong dijaga ya. Jangan sampai sampah-sampah plastik begini dibuang sembarangan. Yuk, kita jaga lingkungan ini biar tetap lestari..."
Es Itu Hadiah dari Alam, Bukan Tempat Sampah Kita
Embun es yang terbentuk di Dieng adalah simbol dari daya tarik wisata alam Indonesia yang luar biasa. Di tempat lain, kita mungkin harus terbang ribuan kilometer untuk bisa menyaksikan lanskap berselimut es. Tapi di negeri kita sendiri, keajaiban itu datang tanpa diminta. Bukankah ini seharusnya membuat kita lebih bersyukur?
Sayangnya, rasa syukur itu sering kali tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Banyak pengunjung datang, menikmati, lalu pergi meninggalkan jejak sampah. Mereka datang untuk menyaksikan keindahan, tetapi juga ikut merusaknya. Seolah-olah kehadiran mereka ke sana tak lebih dari sekadar 'checklist wisata', tanpa tanggung jawab sosial dan ekologis.
Sampah Bukan Sekadar Masalah Estetika
Masalah sampah bukan hanya merusak pemandangan. Ia juga membawa dampak jangka panjang yang sering kali tak kasatmata. Sampah plastik butuh ratusan tahun untuk terurai. Jika dibiarkan, ia bisa mencemari tanah, mencemari air, dan bahkan mencemari udara bila dibakar sembarangan. Lebih dari itu, ia bisa merusak reputasi wisata lokal yang seharusnya menjadi kebanggaan.
Dalam jangka panjang, jika fenomena ini terus terjadi, bukan tak mungkin kawasan wisata akan menurun kualitasnya. Wisatawan yang lebih sadar lingkungan mungkin akan memilih tempat lain yang lebih bersih dan terjaga.
Solusi Sederhana yang Bisa Dilakukan Wisatawan
Tidak sulit sebenarnya untuk menjaga kebersihan. Berikut beberapa langkah kecil tapi berarti: