Bagi banyak akademisi, menulis artikel ilmiah adalah salah satu bentuk kontribusi ke dunia keilmuan. Tapi, seberapa sering kita benar-benar berpikir tentang kontribusi artikel dari riset yang kita tulis? Inilah yang kerap luput: kontribusi bukan hanya soal temuan baru, tapi arah dan dampaknya terhadap masa depan. Dalam dunia penulisan ilmiah, kontribusi bukan sekadar “bonus” melainkan nyawa dari artikel itu sendiri. Masih dalam konteks UNIMMA (Universitas Muhammadiyah Magelang) berbagi tips menulis artikel, berikut saya coba jelaskan lebih lanjut.
Kontribusi Itu Harus Tercermin Sejak Awal
Dalam pendahuluan artikel, sering kali kita hanya fokus pada latar belakang, urgensi masalah, dan gap riset. Padahal, di situlah letak “pengantar kontribusi”. Editor dan reviewer perlu diyakinkan sejak awal bahwa riset yang kita lakukan tidak berhenti pada ruang laboratorium atau data lapangan, tetapi punya napas panjang misalnya, berkontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), seperti energi bersih, kualitas pendidikan, atau daya saing bangsa.
Tanpa harus menulis terang-terangan “kontribusi riset ini adalah...”, cukup dengan menempatkan riset dalam konteks global dan nasional, serta menunjukkan celah yang akan ditutup oleh penelitian kita. Inilah yang akan membuat artikel kita terasa relevan dan kuat.
Diskusi: Tempat Kontribusi Diperjelas
Beranjak ke bagian diskusi, di sinilah kontribusi perlu dijelaskan dan ditegaskan. Apakah temuan kita memperbaiki teori sebelumnya? Menyempurnakan pendekatan lama? Atau justru membantah riset-riset terdahulu dengan bukti baru yang lebih luas dan valid? Jika iya, maka kita sedang menulis sejarah kecil dalam dunia akademik karena dari sini, pemahaman baru terbentuk.
Kesimpulan: Saatnya Menegaskan Kontribusi
Bagian kesimpulan bukan hanya untuk merangkum hasil, tapi juga untuk menegaskan kembali kontribusi. Apa dampaknya jika riset ini diterapkan secara luas? Mampukah ia memperbaiki kehidupan? Memberi solusi jangka panjang? Menutup artikel dengan gambaran seperti itu, akan meninggalkan kesan mendalam bahwa riset kita tidak hanya penting untuk hari ini, tetapi bermakna untuk masa depan.
Riset Biasa, Kalau Ditegaskan Kontribusinya, Bisa Jadi Luar Biasa
Pada akhirnya, riset yang baik bukan hanya yang berhasil menemukan data, tapi yang mampu menjawab: lalu apa? untuk siapa? dan ke mana arah selanjutnya? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itulah yang disebut kontribusi. Mari kita mulai menulis artikel ilmiah yang bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tapi juga mengubah cara pandang, menyumbang pemahaman baru, dan memberi dampak nyata. Karena dunia butuh lebih banyak riset yang bukan hanya bermanfaat, tetapi bermakna.
Artikel lainnya: UNIMMA Berbagi Tips Menulis
muji.blog.unimma.ac.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI