Mohon tunggu...
Mujibur Rahman
Mujibur Rahman Mohon Tunggu... Low profil

Seeker of God

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semakin merasa pintar, semakin sulit Otak untuk berkembang

22 Juli 2025   18:42 Diperbarui: 22 Juli 2025   18:42 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture ilustrasi 

Gubahan: Mujibur Rahman 

           Dalam jurnal ilmiah Cell, Martin Schwartz mengemukakan bahwa para ilmuwan besar justru merasa nyaman dengan perasaan tidak tahu. Bukan karena rendah diri, melainkan karena ketidaktahuan (dalam arti aktif dan produktif) membuka peluang bagi penemuan dan eksplorasi baru. Bahkan Stuart Firestein menyebut bahwa "ignorance" adalah bahan bakar utama di balik terobosan besar dalam ilmu pengetahuan.

        Ketika ditanya "ngerti gak?", banyak orang refleks menjawab "ngerti lah", meskipun sebenarnya ragu. Ini bukan soal benar atau tidaknya jawaban, tapi bentuk respons sosial: kita takut terlihat bodoh. Namun, ketika kita berhenti jujur tentang apa yang belum kita pahami, maka proses belajar pun ikut melambat.

         Perhatikan bagaimana anak-anak belajar. Mereka tidak malu bertanya, bahkan untuk hal-hal yang sangat sederhana. Namun saat tumbuh dewasa, kita mulai menyimpan pertanyaan demi terlihat pintar. Akibatnya, kita menyusun pemahaman dari asumsi, bukan dari pencarian yang mendalam.

A. Ketidaktahuan yang dimaksud adalah ketidaktahuan yang sadar dan aktif.

       Dalam buku Ignorance, Firestein menjelaskan bahwa "kebodohan" dalam sains bukanlah menyerah karena tidak tahu, tetapi menyadari bahwa kita belum tahu, lalu menjadikan itu sebagai awal perjalanan. Penemuan struktur DNA misalnya, berangkat dari kejujuran terhadap rasa bingung, bukan dari pengetahuan yang lengkap.

B. Orang-orang jenius lebih menghargai pertanyaan daripada jawaban.

         Einstein pernah berkata, "Saya tidak punya bakat khusus. Saya hanya sangat penasaran." Baginya, yang terpenting bukan seberapa banyak kita tahu, tapi seberapa dalam kita mempertanyakan hal-hal yang belum dipahami. Mereka tak malu mengulang pertanyaan dasar, karena justru dari sanalah ide-ide besar bermula, tempat yang sering dilewati oleh orang yang merasa "sudah tahu".

C. Merasa bodoh adalah tanda bahwa kamu sedang berkembang.

          Dalam esainya, Schwartz menyebut bahwa rasa bingung yang dirasakan mahasiswa baru saat pertama kali masuk laboratorium adalah isyarat bahwa mereka sedang berpindah dari kapasitas lama menuju kemampuan baru. Menyadari bahwa kita belum paham sepenuhnya disebut sebagai conscious ignorance ketidaktahuan yang disadari.

D. Takut terlihat bodoh justru membuatmu tidak berkembang.

           Banyak orang belajar hanya sebatas supaya terlihat pintar di depan orang lain. Tapi pola pikir seperti ini justru menghambat pertumbuhan. Orang jenius tidak berorientasi pada pengakuan, melainkan pada pemahaman sejati.

E. Kesadaran akan apa yang belum kamu ketahui adalah awal dari peta belajar.

         Pemahaman yang mendalam lahir bukan dari seberapa banyak yang kamu tahu, melainkan dari seberapa sadar kamu terhadap apa yang belum kamu pahami. Dengan menyadari wilayah "ketidaktahuan", kamu dapat menentukan fokus belajar dengan lebih efektif dan bermakna.

       Jadi, saat merasa bingung atau bodoh ketika belajar hal baru, itu bukan kelemahan, melainkan tanda bahwa otak sedang berkembang. Menjadi jenius bukan soal mengetahui segalanya, tapi soal bersahabat dengan ketidaktahuan dan menjadikannya bahan bakar untuk terus belajar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun