Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kikigaki, Model Literasi Aktif untuk Menjaga Alam dan Tradisi

17 Oktober 2019   20:39 Diperbarui: 17 Oktober 2019   20:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses wawancara Kikigaki bersama meijin. unesco-school.mext.go.jp 

Kemewahan lain Kikigaki ialah mampu menciptakan ruang nyata bagi dua kelompok umur generasi yang usianya terpaut sangat jauh -sekitar 30 tahun bahkan lebih- namun dengan atmosfir yang sangat positif.

Pada satu sisi, seorang anak SMA siap bertanya dan mendengarkan semua jawaban tanpa judgement, ini baik dan itu buruk. Di sisi lain, meijin dengan riwayat pengalaman hidup yang panjang dan kebijaksaan khas orang tua, merasa sudah waktunya bercerita dan menceritakan segala hal yang ingin mereka ketahui.

unesco-school.mext.go.jp
unesco-school.mext.go.jp

Mendengar dan Menulis  

Persiapan Kikigaki dimulai dengan riset awal dan membuat panduan pertanyaan. Selanjutnya tahap adaptasi dan membangun kedekatan bersama meijin. Bila semua berjalan lancar, langkah selanjutnya adalah mendengar.

Peserta Kikigaki menilai mendengar merupakan proses paling inti Kikigaki. Proses mendengar terjadi pertama kali saat wawancara. Saat itu peserta sudah mendapat gambaran awal keseluruhan kisah yang disampaikan lisan oleh meijin.

Tahapan mendengar berikutnya dilakukan lebih intens. Peserta memutar ulang rekaman untuk membuat transkripsi wawancara (verbatim). Rekaman didengarkan berulang-ulang hingga tidak menemukan lagi pembicaraan yang luput. 

Mereka harus memastikan semua kata, frasa, dan istilah lokal dari narasumber terketik rapi dan jelas transkripsi. Pada prinsipnya, siswa tidak diperkenankan memasukkan unsur apapun selain yang telah disampaikan, termasuk larangan memberi penafsiran pribadi atas kalimat meijin.

Fase mengulang audio wawancara akan menyadarkan hal-hal yang luput dari pendengaran pertama. Dalam sekali dengar, peserta mungkin belum menangkap maksud yang diutarakan. Kejutan tersimpan setelah rekaman diulang terus menerus.

Setelah rampung, transkripsi diolah kembali. Dirapikan dan disusun agar luarannya mudah diolah jadi naskah tulisan yang mengalir sistematis, siap dibaca setiap orang. Bagian ini mensyaratkan peserta membaca keseluruhan naskah berkali-kali. 

Tujuannya agar peserta dapat menemukan kesimpulan lugas dari kalimat tutur narasumber. Pada tempo yang bersamaan, peserta juga mulai mencari dan mengklasifikasi topik --topik utama dan bagian pendukungnya yang berserakan di tiap-tiap bagian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun