Mohon tunggu...
Mujab Mujab
Mujab Mujab Mohon Tunggu... Buruh - Wahana menuangkan karya dan gagasan

Saya aktif di Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Selain itu aktif di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kritik Budaya Kritik

27 Februari 2021   14:30 Diperbarui: 27 Februari 2021   14:59 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kritik bagian dari budaya (dokpri)

Hingga saat ini kritik tetap dibutuhkan dan akan tetap dibutuhkan sampai kapanpun. Namun kritik kadang tidak disukai bahkan menimbulkan penolakan karena cara penyampaian kritik yang yang menimbulkan keresahan, hingga penyerangan secara pribadi yang kadang meresahkan. 

Kritik Syah disampaikan tetapi harus tetap memperhatikan tata krama dan dan sopan santun yang itu juga menjadi bagian dari budaya kita.

Menerima kritik
Menerima kritik juga menjadi bagian dari budaya kritik itu sendiri. Cara orang menghadapi kritik akan menjadi gambaran dari bagaimana reputasi si orang tersebut. Hal yang sama juga berlaku jika kritik disampaikan terhadap sebuah organisasi atau lembaga.

Organisasi atau lembaga yang merespon kritik dan menindaklanjutinya dengan baik akan baik pula reputasinya. Sebaliknya jika kritik ditangkap sebagai perlawanan permusuhan maka reputasi orang atau lembaga tersebut bisa memburuk bahkan jatuh. Orang atau lembaga tersebut akan dipandang sebagai tidak terbuka terhadap kritik, tidak open mind, bahkan bisa dianggap sebagai tidak peduli.

Bahwa kadang kritik terasa menjengkelkan bahkan menyakitkan tetapi kritik perlu diterima, dipahami, dan ditindaklanjuti. Jikapun materi kritik ternyata salah atau keliru tidak perlu dibalas dengan tindakan serupa, Mungkin cukup dengan memberikan klarifikasi disertai dengan data yang sebenarnya. Kepada yang menyampaikan kritik Mungkin cukup diminta untuk meminta maaf dan tidak mengulang kesalahannya.

Menerima kritik dengan kepala dingin dan pikiran terbuka adalah sikap yang sebenarnya menguntungkan, karena sikap tersebut tidak akan menguras energi karena jengkel dan emosi. Pada bagian lain energi yang ada ada justru bisa digunakan untuk memikirkan tindakan perbaikan dan pembenahan yang diperlukan.

Sebaliknya menerima kritik dengan kepala panas justru akan menguras energi dan menimbulkan sikap enggan bahkan benci kepada pihak yang menyampaikan kritik. Kalau orang yang menyampaikan kritik kemudian takut dan Jera untuk menyampaikan kritik lagi hal itu sebenarnya justru merugikan, karena kritik sesungguhnya membantu menemukan kekurangan dan kesalahan yang mungkin tidak disadari.

Pada kenyataannya kadang kritik dan penyampaian pendapat disertai dengan ujaran kebencian bahkan ada yang sampai pada pencemaran nama baik. Kritik semacam ini tentu tidak kita harapan. Karena Andaikan materi kritik itu benar maka cara penyampaian kritik yang semacam itu tidak efektif.

Pada bagian lain kita tidak bisa memungkiri bahwa motif tertentu dari penyampaian kritik baik motif itu bersifat membangun atau kritik yang bersifat menjatuhkan karena ada unsur kepentingan politik, bisnis, persaingan, dan lain sebagainya.

Maka tidak ada salahnya nya jika Selain Kita terbuka dan berkepala dingin dalam menerima kritik kita juga bisa tetap kritis dan waspada. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa semua orang yang menyampaikan kritik punya niat baik. Ada juga kritik yang sifatnya ingin menjatuhkan.

Media kritik
Kebanyakan kritik disampaikan secara langsung baik secara lisan maupun tertulis melalui berbagai media yang saat ini banyak tersedia. Namun tidak sedikit juga yang yang menyampaikan kritik melalui berbagai media seperti karya seni, pertunjukan, ataupun gerakan yang melibatkan masyarakat seperti aksi, demonstrasi, atau penggalangan dukungan melalui petisi, pemogokan, penolakan dan lain sebagainya. Dengan kata lain media kritik banyak sekali jenisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun