Mengagumi (Diam-diam) Prabowo Subianto

Prabowo benar-benar memperlihatkan kenegarawannya yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa, ketimbang kepentingan pribadi, pendukung, partai dan golongannya. Luar biasa, bukan?

Prabowo berjalan sendiri dalam senyap di atas pendirian dan keyakinannya sebagai seorang pemimpin bangsa. Yang dalam istilah Amien Rais, "nyelonong nggak bilang-bilang", walaupun sebenarnya Prabowo sudah berkirim surat kepada Amien Rais, sebagai tanda pemberitahuan, penjelasan subtansi, izin dan perkenan Amien tentang keinginannya bertemu Jokowi.

Dan setelah itu, terbukti Amien Rais, Fadli Zon, Dahnil Anzar Simanjuntak, dan yang lainnya, termasuk Anda kayaknya, sebagai pendukung militan Prabowo, terhipnotis, diam seribu bahasa, dan terkesima tak berkutik, menyaksikan junjungannya, Prabowo bertemu dengan lawan politik sekaligus kawan lamanya, Jokowi.

Lebih jauh, bahkan, pendukung Jokowi (Jokower, atau apalah namanya) dalam kontestasi pilpres yang baru lalu, ada yang terang-terangan ataupun diam-diam, memuji dan mengagumi sikap politik Prabowo bertemu Jokowi face to face di MRT, pada hari di akhir pekan kemarin.

Mereka yang bukan pendukung Prabowo (Jokower) ini, seakan-akan melupakan kelemahan dan kekurangan yang menyangkut urusan karakter dan kehidupan pribadi Prabowo yang selama pilpres dirisak dan dirundung habis-habisan. 

Misalnya, berkaitan dengan kehidupan keluarga Prabowo, karakternya yang temperamental, dan pemikirannya yang suka pesimistik memandang Indonesia, dan seterusnya, dan seterusnya. 

Itu semua terhijab dan terlupakan begitu saja oleh publik. Pokoknya Prabowo adalah sosok pemimpin yang hebat, legowo, dan mumpuni yang dimiliki bangsa Indonesia. Begitu kurang lebih dalam pikiran mereka. 

Tentu banyak hal yang bisa diceritakan, kenapa Anda, terang-terangan atau diam-diam, sontak mengagumi, bahkan, memuji seorang Prabowo Subianto, capres yang tak berkesudahan itu. []