Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyaksikan Drama Politik Pasca Quick Count

19 April 2019   22:21 Diperbarui: 1 Mei 2019   17:20 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemenang pilpres 2019 versi quick count (dan biasanya tidak berbeda jauh dengan versi real count KPU) sudah bisa dipastikan adalah Jokowi - KH. Ma'ruf Amin.

Melihat fenomena hasil quick count seperti itu, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandi tentu melanjutkan skenario gerakannya.

Skenario pertama, jika kalah di quick count, tolak quick count. Lakukan pernyataan pers (kalau bisa lebih dari sekali) bahwa Prabowo menang berdasarkan hasil quick count internal (atau nyatakan saja itu adalah hasil real count). 

Viralkan opini bahwa Prabowo adalah pemenang pilpres 2019. Walaupun sebenarnya mereka menyadari bahwa mereka sudah kalah, paling tidak, versi quick count lembaga-lembaga survei kredibel.

Sambil menunggu rekapitulasi dan hasil akhir real count Komisi Pemilihan Umum (KPU), kawal hasil suara dari tps-tps, sekaligus cari (atau bisa saja mencari-cari) dan kumpulkan temuan kekurangan atau kecurangan pemilu di lapangan yang akan diklaim bahwa kecurangan itu dilakukan oleh panitia penyelanggara (KPU) dan kubu 01.

Setelah memiliki bukti (masih tanda tanya, benar bukti atau fiksi) adanya beberapa kecurangan, dan KPU secara resmi merilis hasil akhir hitung manual (real count), maka skenario berikutnya, adalah tolak real count KPU dan siap menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ini mengandaikan Prabowo tidak siap kalah dan terus meradang menolak kalah.

Tetap teriakkan dan viralkan bahwa KPU dan kubu 01 melakukan kecurangan. Viralkan opini ketidakpercayaan pada KPU dan aparat keamanan (TNI/Polri) tidak netral. Jangan berhenti teriakkan, "Prabowo menang menang menang!". Tak peduli, orang mau bilang apa kek.

Kenapa ini mereka lakukan? Yang jelas, kubu 02 tidak boleh diam begitu saja. Karena ini kontestasi kali kedua Jokowi versus Prabowo di pilpres. Maka, pilihannya, mereka harus melawan. Tidak boleh mereda, tapi harus terus meradang. 

Buat Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - KH. Ma'ruf Amin dan barisannya resah dan gelisah. Jangan biarkan mereka tidur nyenyak. 

Begitu kurang lebih membaca skenario yang tak terpisahkan dari cerita, kenapa Prabowo meradang menolak kalah. Dan menyaksikan drama politik pasca quick count.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun