Mohon tunggu...
Muhyi Irmawan
Muhyi Irmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sederhana Saja

ikuti arus dimana air mengalir tapi jangan sampai tenggelam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Dialektika Monumen SLG Bukan Paris: Ubah SLG!

22 Desember 2022   21:35 Diperbarui: 22 Desember 2022   22:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Simpang Lima Gumul, Kediri bukan Paris/dokpri

Kabupaten Kediri, sebuah daerah di wilayah Mataraman Jawa Timur, beberapa tahun lalu membangun sebuah monumen besar berbentuk kotak yang dinamakan Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Pembangunan yang diharapkan mampu menjadi pusat berbagai kegiatan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menimbulkan banyak efek, memang : munculnya banyak pedagang kaki lima dan UMKM, utamanya destinasi utama bagi wisatawan.  

Namun, ada sekilas dialektika yang terlewat mengenai diidentikannya Monumen SLG ini dengan Arc De Triomphe, Paris. Pertanyaannya, kenapa monumen yang digadang-gadang menjadi landmark-nya Kediri ini justru merujuk pada satu bangunan yang notabene bukan dari kekhasan atau identitas daerah itu sendiri? atau ada kekhasan yang telah ditempelkan padanya, namun sengaja digiring agar identik dengan Arc De Triomphe oleh beberapa orang? Bahkan kemungkinan alasan sepele lain seperti agar SLG cepat terkenal / nge-hype karena identik dengan Arc De Triomphe?    

Apapun alasan di balik itu semua, nyatanya SLG berhasil menyita perhatian wisatawan yang datang. Ya faktor utamanya adalah karena kemiripan dua bangunan itu. Terlebih, perbandingannya jelas dikenal se antero dunia. Otomatis bakal menjadi the Second Arc De Triomphe atau sebagian orang menyebutnya Arc De Triomphe-nya Indonesia. 

Dari sini, bagaimana nantinya, anak cucu kita mengenal sebuah keagungan sejarah jika apa yang kita tinggalkan justru menggiring untuk berpikir dan membayangkan keagungan negara dan budaya asing. Alangkah lebih elok ketika sebuah peninggalan seperti SLG ini  benar dikemas dengan kekhasan maupun kearifan lokal Kediri. Dimana Kediri memiliki masa keemasan yang begitu besar seperti misalnya saat Kerajaan Kediri dulu dipimpin oleh Sri Aji Jayabaya. 

Dengan sedikit pemikiran itu, saya mencoba mengajak anda untuk sedikit membayangkan jika SLG ini diceritakan dan direpresentasikan pada Kediri itu sendiri, bukan Paris. 


Tapi dari literatur yang saya baca, ternyata SLG ini memang terdapat beberapa kisah tentang Kediri yang dituangkan dalam relief di keempat sisi monumen itu (anda dapat membaca literaturnya di internet dengan keyword "relief SLG"). Namun, rasanya masih ada yang kurang dari pemandangan itu. Pasalnya, relief-relief itu justru seakan kurang disadari oleh pengunjung karena miripnya monumen itu dengan Arc De Triomphe.

Lantas, apa dan bagaimana cara agar SLG ini dapat memiliki ruhnya sendiri sebagai bangunan besar di tengah daerah yang memiliki sejarah besar ? 

Pertama, berangkat dari diri sendiri untuk tidak termakan dengan arus yang mengidentikan keduanya. Dengan begitu kita dapat berpikir bahwa SLG ya SLG dengan ciri khasnya sendiri. Dengan kemegahannya sendiri. Utamanya timbul keyakinan bahwa SLG itu bakal lebih menggaung tanpa ada embel-embel kemiripan dengan Arc De Triomphe. Karena sejatinya, sebuah daerah yang besar akan dikenal dengan ciri khasnya. 

Kedua, membubuhkan aksen-aksen, lambang, hingga ornamen budaya Kediri yang kemudian dapat memperkuat keberadaan SLG yang murni menjadi Landmark Kediri. Hal ini nyatanya telah dilakukan oleh Pemerintah Setempat. Di SLG telah dibubuhkan aksen berupa ornamen yang dijadikan batik khasnya Kabupaten Kediri. Yakni motif lidah api atau Dhahanapura. Ini langkah yang tepat menurut saya. Sehingga, Kediri tidak kehilangan dirinya sendiri. 

Apakah cukup sampai di situ? saya rasa belum. Dari kongklusi pertama dan kedua itu sedianya harus dipadukan. Atau ada terobosan ketiga dengan merubah SLG sedemikian rupa agar tidak lagi diidentikan dengan Arc De Triomphe. Caranya? bisa juga dengan rebranding SLG. Ubah SLG. Karena SLG bukan Paris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun