Mohon tunggu...
Muhlis Lamuru
Muhlis Lamuru Mohon Tunggu... Guru - Penting tak Penting

Lahir di sebuah Dusun terpencil di Kab. Bone, Sulawesi-Selatan. Namanya, Dusun Masumpu, Des. Massengrengpu, Kec Lamuru. Dusun tersebut baru dialiri listrik PLN pada pertengahan tahun 1999. Muhlis Lamuru menghabiskan masa kecil di Kampung halaman dan bersekolah di MI 43 Pising (Masumpu) dan SLTP di Kecamatan sebelum hijrah ke Kota Makassar melanjutkan pendidikan menengah. Sejak 2004 hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan Tinggi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dan, tahun 2010 mencoba mengadu nasib n memulai hidup baru di Ibu Kota Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Save Ahmad Dhani, Save Indonesia

7 April 2016   08:29 Diperbarui: 7 April 2016   08:35 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kapasitas Ahmad Dhani dalam dunia politik masih perlu dipertanyakan. Dia patut diduga tidak memiliki gagasan yang layak jual untuk membangun Jakarta, rekam jejaknya pun tidak ada. Analisanya cukup sederhana. Sejak dia menyatakan diri untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2017, dia rajin melakukan safari politik. Namun demikian, sejak itu pula dia belum mengeluarkan satu gagasan nyata yang dia akan tawarkan untuk membangun Jakarta. Pada hal gagasan itu sangat penting sebab gagasannya akan dibandingkan dengan gagasan dari kandidat lain. Pada akhirnya voter diharapkan  dapat memilih kandidat yang gagasannya paling berkualitas.

Sebaliknya, Ahmad Dhani justru terlihat sibuk menyerang kandidat patahanna. Anehnya, Dhani tidak menyerang gagasan Ahok melainkan menggunakan isu SARA. "Mereka sebagai warga negara yang tidak ingin tanah Nusantara dikuasai asing. Kamu ini kan turunan Majapahit, Mataram. Jadi, Indonesia ini tanah warisan Nusantara, warisan leluhur nenek moyang kita, bukan nenek moyang Ahok kan," kata Dhani di Pondok Indah, Jakarta Selatan, Senin, 21 Maret 2016 sebagaimana dikutip dari tempo.co. Pada hal, penggunaan isu SARA dalam dunia politik sudah tidak relevan bahkan dianggap kurang bermartabat.

Dhani pun pernah menyerang Kaka dan Bimbim, personil group musik Slank. Memang, Slank sejak dari awal mendukung Ahok. Serangan ke personil Slank pun tidak dengan gagasan melainkan character assassination. "Saya ini heran, isi otaknya Bimbim dan Kaka itu kayak apa ya. Jadi, penting sekali, perlu adanya pertemuan besar-besaran seperti muktamar seniman," kata Dhani dalam diskusi bertajuk "Perlukah Artis dan Seniman Berpolitik" di Crown Plaza Hotel, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (16/3/2016) sebagaimana dikutip dari kompas.com. Sebenarnya, secara politik target serangannya pun tidak tepat sebab personil Slank hanya sebatas simpatisan. Dhani seharusnya fokus menyerang gagasan Ahok, dan menawarkan gagasan atau program yang lebih bagus dari program Ahok.

Fakta ini menunjukkan bahwa sebenarnya Dhani tidak punya kapasitas dalam dunia politik. Oleh karena itu, dia sebaiknya tidak memaksakan diri untuk terjun ke dunia politik dan bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2017. Dia harusnya fokus sebagai musisi dan melahirkan karya-karya baru. Memaksakan diri untuk bertarung di Pilkada DKI dikhawatirkan tidak akan menghasilkan apa-apa sekalipun dia bisa menang. 

Sebaliknya, Indonesia justru akan kehilangan besar. Pertama, Jakarta yang notabene nya ibu kota negara dan bisa menjadi role model daerah-daerah lain di Indonesia tidak akan lebih baik. Tentu saja, akibat kapasitas pemimpinnya lemah. Kedua, Indonesia akan kehilangan musisi besar sekelas Ahmad Dhani. Implikasinya, rakyat tidak bisa lagi menikmati karya-karya musik yang berkualitas karena musisinya lebih sibuk berpolitik. Oleh karena itu, menahan ambisi politik Ahmad Dhani secara tidak langsung akan menyelamatkan Indonesia.

Biarkan kandidat lain yang memang memiliki gagasan dan rekam jejak yang bagus bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain gubernur patahanna, tentu masih banyak tokoh-tokoh politik lain yang memiliki kualitas dan juga sudah teruji. Sebut misalnya tokoh politik nasional sekelas Yusril Ihza Mahendra atau Adiyaksa Daud. Tokoh-tokoh lain yang saat ini dianggap sukses memimpin daerah seperti Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, atau Nurdin Abdullah juga bisa dijadikan sebagai kandidat alternatif yang layak bertarung di Pilkada Jakarta. Dengan demikian, Pilkada DKI Jakarta 2017 akan melahirkan gubernur yang berkualitas dan teruji.

 

 

Mataram, 2 April 2016

Tulisan ini pernah dimuat di Harian Lombok Post, edisi 4 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun