Para priyayi atau bangsawan sering kali menarik perhatian dara atau pribumi biasa. Meski Indonesia sudah merdeka, fenomena diferensiasi gender, sosial, pendidikan bahkan ekonomi sangat mencampuri kehidupan percintaan bagi mereka yang memilih pasangan bukan satu strata.Â
Pengambilan latar tahun 1953-1965 di Jawa Tengah, melekat gaya komunikasi bersenandung Jawa Ngapak. Menjadi nilai unik tersendiri. Verbal para aktor ada yang terdengar kaku, namun tak sedikit fasih dalam dialegnya.Â
Asumsi film 'saru' atau tabu di kalangan penonton lambat laun diubah mindset oleh sentuhan Hanung Bramantyo. Sang direktur sengaja sajikan bagaimana gapai label "lelaki sejati di ranjang" sebelum naik pelaminan.Â
Ratri (Raaihanun) anak angkat Nyai Santi (Lola Amaria), seorang gowok dari padepokan terpencil. Santi memilih nggowok maka selamanya dia tidak menikah. Kamanjaya (Devano Danendra) jatuh hati terhadap Ratri remaja (Alika Jantinia).Â
Secara tak sengaja mereka mengintip Nyai Santi bertapa di telaga. Ritual pemanggilan arwah sepasang dewa dan ajian Kamanjaya dan Kamaratih. Mereka mendapatkan aura nafsu dari ritual tersebut. Sepasang sejoli terbuai lakukan hubungan terlarang.
Suatu malam, Nyai siap gowok Jaya. Tak terbendung sedihnya Ratri. Selama gowok, adegan 21 plus tersebut, diterangkan Nyai ada empat tahapan saat mengenal 'ranjang', mulai dari tatapan mata, sentuhan lembut, puncak bersatunya dua manusia, dan berakhir sumringah. Bagaimana menggapai lelalaning jagat (lelaki sejati). Hingga suatu hari Jaya harus melanjutkan sekolahnya di Semarang. Mereka terpisah jarak dan waktu.Â
Sebelumnya Nyai sudah mengetahui bahwa hubungan mereka sia-sia. Dengan dalih Jaya seorang bangsawan tidak menghendaki anak pelacur. Janji Jaya kepada Ratri akan selalu abadi. Ratri juga diperkenalkan temannya Jaya, Ningsih. Supaya Ratri tidak hanya hidup berkecimpung di gowok saja. Ratri bisa tentukan dan ubah kehidupannya.
Selama mereka berpisah, Ratri dan Jaya saling mengirim surat. Hingga, tak ada surat satu pun tertuju ke Ratri. Kecewanya Ratri saat membaca surat kabar jika Jaya telah menikah dengan putri Nila bangsawan dari Surakarta. Ratri mulai gelisah, percobaan bunuh diri dilakukan. Nyai menyelamatkan Ratri. Setelahnya, Ratri bermaksud meminta ajian semua ilmu Nyai. Termasuk Serat Centhini.Â
Satu dekade berlanjut, Ratri dewasa (Raaihanun) gantikan Santi sebagai Nyai Gowok. Janjinya tak pernah redam. Satu wujudkan emansipasi wanita dengan membangun sekolah perempuan dan satu lagi gapai ngowok para bangsawan atau priyayi. Tekadnya bulat.Â
Kemunculan Bagas (Aly Fikri) menjadi cerita tersendiri bagi Ratri. Bagas adalah anak Jaya. Ratri semakin membuncah dendam kepada Jaya. Dia rela jalani atmaprawesa bersama Bagas. Pemuda itupun semakin tergila nafsu terhadap Ratri. Rahayu, nenek Bagas tidak terima jika Bagas kelamaan di pendopo gowok. Pada akhirnya Rahayu jatuh sakit.Â
Usut punya usut, kepala kantor pos yang selama ini menahan surat Jaya untuk Ratri bekerja sama dengan Nyai Santi. Dia ungkapkan jika Rahayu punya hubungan gelap dengan raja Surakarta. Supaya raja selalu bahagia dan hidup keluarga Rahayu dipandang ningrat, maka Jaya dinikahkan dengan Putri Nila yang sudah berbadan dua.Â
Sebagai imbalan, Jaya menduduki kursi bupati. Diduga Rahayu lah ibu Jaya, miliki pelet agar kehidupan Bagas dan Jaya selalu menjadi bangsawan. Tega pisahkan Ratri dan Jaya, selanjutnya juga meminta Bagas untuk menjauhkan diri dari Ratri. Akhir cerita Rahayu mati mengenaskan.Â
Jaya telah mengetahui jika Bagas bukan anaknya. Dia memukul Bagas yang hendak membawa paksa Ratri. Ungkapan masih sayang Jaya ke Ratri menjadi bencana bagi Jaya. Dari arah belakang, Bagas tancapkan tongkat milik Jaya tepat di punggung ayah tirinya itu. Belum juga puas dengan tongkat, Bagas ambil pistol dan lemparkan tembakan berulang kali. Jaya tewas.Â
Bagas semakin membabi buta, dia salurkan nafsunya ke Ratri. Sebelum berhasil, Bagas dicabik Sri (abdi Ratri). Kisah berakhir, 20 tahun kemudian Ratri bersama dua anaknya kembali ke padepokan gowok. Rumah berserakan tak terawat, sudah lama Nyai Santi gantung diri. Ratri muncul untuk membeli rumah tersebut dan dijadikan sekolah perempuan.
Sinopsis Film Gowok: Kamasutra Jawa tersebut, sebagai magnet tumbuhkan animo pecinta layar lebar. Tepat dua jam film ini mengudara. Raam Punjabi tak pernah tumbang lahirkan tontonan ciamik.Â
Jika kalian penikmat versi uncut film ini, tenang bioskop kesayangan Anda siap jadwalkan keduanya. Lantas, mengapa Gowok: Kamasutra Jawa disinyalir akan mendobrak jutaan ribu pengunjung. Berikut review yang bisa dicermati sebelum Anda booking tiketnya.Â
- Cerita Jawa selalu menarik
Segudang tradisi atau ritual di Jawa memang asyik jika dikuliti. Salah satunya gowok. Dibawa ke Jawa dari Cina oleh seorang wanita bersama Panglima Cheng Ho untuk berikan studi terhadap raja-raja Jawa memuaskan istrinya.Â
Gowok merupakan tradisi mengenalkan para lelaki bangsawan dalam masalah ranjang. Sebelum menikah, edukasi atau tata cara berhubungan suami istri bukanlah hal sepele.Â
Penting, apalagi untuk para bangsawan maupun priyayi. Dua kaum tersebut seolah dijatuhi hukuman wajib, senantiasa sukses ketika di ranjang. Jangan sampai seorang laki-laki tidak bisa memantaskan diri membuat 'puas' pasangannya.Â
Hal ini dimaksudkan bahwa raja atau orang lelaki dijuluki pria sejati andai sudah mahir di ranjang. Apalagi jika berhasil membuahkan seorang anak atau keturunan. Gowok hanya untuk laki-laki. Pekerjaan gowok khusus bagi perempuan. Jika dikaitkan kehidupan mulai zaman dulu hingga sekarang bahwa mayoritas pemuas nafsu adalah kaum hawa. Baik mengatasnamakan rumah bordir, padepokan gowok, panti pijit, rumah malam dll.Â
- Jimat, ritual, dan tahapan gowok
Pantas disebut kamasutra jawa. Di film dijelaskan tahapan selama gowok. Atmaprawesa, bagian awal orang perempuan harus bersih (suci dari hadas besar) meminta petunjuk kepada dewa. Lantunkan jimat Kamanjaya dan Kamaratih sebagai pasangan suami istri, tahapan saat luapkan 'kasih sayang' diajarkan untuk saling berjanji sehidup semati. Setelahnya mandi bunga.
Ajiasmaragama terbagi menjadi empat: ajiasmaragama, asmaratantra, asmaragama, dan diakhiri kebahagiaan. Ritual seperti tumpeng, pisang, bunga, wajik, dll berada di tempat gowok. Tak lupa minum legendaris yakni wedang jahe dipercaya bisa mengembalikan stamina.
Hal ini dimaksudkan bahwa saat akan 'berkumpul', suami istri tidak diperbolehkan grusa-grusu. Mandi diartikan sebagai membersihkan diri dan pakai wangi-wangian. Sambil ngobrol bersama pasangan, ambil topik menarik seraya saling merayu. Kelembutan suami kepada istri bisa membuat nyaman istri. Kemudian, berdoa jangan dilupakan. Selanjutnya bisa atur dan atasi 'ranjang'.
- Edukasi aura positif dan negatif, antara nafsu dan nur ilahi
Jika diartikan kalimat kelola nafsu dan nur ilahi adalah sebagai manusia tidak diperbolehkan melampiaskan nafsu 'ranjang'nya sebelum menjadi pasangan suami istri. Akan menimbulkan penyakit, jika dilakukan secara berganti-ganti pasangan. Nur ilahi disimbolkan anugerah dari Tuhan terhadap pasangan yang sudah halal kemudian mentaati aturan saat di ranjang.
- Menyuarakan emansipasi wanita
Film ini tidak membahas masalah asmara dan adegan ranjang saja. Terselip meskipun sebagai gowok (perempuan hina), tapi sisi lainnya mengajarkan kepada perempuan lain untuk melek aksara. Membaca dan menulis. Keterampilan menyulam dan membatik menjadi pembiasaan positif bagi seorang wanita.Â
Perempuan tak kenal usia saat hendak belajar. Masa depan dapat diraih dan siapa yang bisa meraihnya? Tentu diri kita sendiri. Miliki banyak harta akan berharga saat disumbangkan demi kepentingan kaum perempuan. Andai tidak bisa gunakan sokongan nominal, minimal hadir dan kenalkan huruf demi huruf bagi masyarakat.Â
- Keterpurukan, awal menuju kesuksesan
Terpuruk ditinggal kekasih. Gagal menjadi wanita terhormat karena lahir dari ibu hina. Mencoba bunuh diri. Semuanya dapat teratasi dengan kegigihan melawan kata "kok bisa" menjadi "apa solusinya".Â
Dua kalimat before after dalam kehidupan. Dulu terpuruk, sekarang sukses selami rintangan. Jangan pernah takut bertekad demi masa depan. Hilangkan dendam masa lalu. Karena sakit hati tidak selamanya berujung baik, malah bisa kembali kepada diri kita sendiri.
- Ajarkan orangtua tidak bersikap otoritasÂ
Bangsawan maupun rakyat jelata, miliki ambisius terhadap kebahagiaan anaknya. Tetapi terkadang meraih kata bahagia versi orang tua tentunya berbeda bagi anak. Lakukan segala cara baik haram atau halal demi karier anak, tak sedikit orang tua lakukan pekerjaan terkutuk. Contoh, mulai gunakan ilmu pelet, gratifikasi, uang kotor, suap, nepotisme, hingga rela sodorkan fisiknya guna mewujudkan impiannya.
- Menelisik Serat CenthiniÂ
Naskah kuno Centhini erat kaitannya dengan kisah para raja-raja di Jawa. Mengalami berbagai tahapan gubahan, serat ini berbentuk jilid. Jilidnya berjumlah banyak. Jika Anda mengunjungi Museum Sonobudoyo Jogjakarta akan mendapatkan file Serat Centhini.Â
Ada yang mengatakan bahwa serta ini tidak untuk khalayak ramai. Diilustrasikan pada film Gowok kitab ini menjelaskan seputar menjadi gowok maupun peran istri dan suami saat beradu ranjang.
Di akhir tayangan film disebutkan gowok sudah tertindas waktu semenjak ajaran Islam makin menyebar di Jawa. Ayo nonton Gowok: Kamasutra Jawa perdana tayang hari ini 5 Juni 2025. Semoga industri film Indonesia semakin gencar hadiahkan penonton film berbau budaya lokal. Serta mampu tembus pasaran luar negeri. Selamat Gowok, sudah beredar hingga Belanda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI