Angkat tangan tinggi-tinggi bagi Anda penggemar film lokal nuansa komedi tapi tetap sarat pesan moral. Hari ini, 15 Mei 2025 banyak film layar lebar tayang perdana di bioskop. Tak terkecuali film Cocote Tonggo. Latar syuting penggarapannya di Laweyan Solo. Kota penghasil batik dan jamu itu terus menampakkan diri tatkala bahasa Jawa baik alus, ngoko, maupun terselip misuh menjadi ciri percakapan tokoh Cocote Tonggo. Jika dimaknai secara harfiah, cocot artinya mulut. Sedangkan tonggo ditafsirkan dengan kata tetangga. Lantas seperti apakah kisah riil kehidupan orang-orang kampung menyikapi sebuah problem warga. Sebagai tetangga, hidup saling berdampingan secara fisik, namun mulut bercabang hingga penjuru nusantara. Mari kita kupas pemain, sinopsis, filosofi hidup, dan sisi lain film yang akan disampaikan sutradara Cocote Tonggo.
Para aktor tak lekang waktu menghiasi Cocote Tonggo alias bertabur bintang. Mulai dari sederet komedian legendaris lintas daerah, penyanyi, pendakwah, hingga youtuber. Siapa sajakah mereka?
Bayu Ska: sutradara sekaligus berperan sebagai Gatot. Bos travel tempat suaminya Murni (Ayushita). Â Gatot hanya muncul dua scene, saat pembagian gaji ke karyawannya (Luki dan Supri). Kocak dan sering misuh dengan logat Malang.
Ayusita: Istri dari Luki, namanya Murni. Putri dari Bu Tin. Miliki warisan toko jamu. Dianggap mandul dan sering diolok-oleh oleh tetangganya.
Dennis Adhiswara: memerankan Luki. Suami Murni. sekaligus sahabatnya Supri (Fiza Falaza).
Sundari Soekotjo: ibunya Murni. Â Generasi penerus ketiga toko jamu milik keluarganya. Ramuan jamu terkenal yaitu jamu kesuburan.
Astri Welas: berperan sebagai Bu Pur. Istri dari (komedian Marwoto), hobinya ngerumpi depan rumah bersama circle (Bu Heri dan Bu wira). Miliki dua anak, Olive dan Tari (Ika Diharjo).
Yati Pesek: memerankan Mbah Mila yang tomboi namun sangatlah bijak saat menasihati dan memecahkan masalah.
Pemeran tambahan: Tatang Gepeng, Furly Setya, Briliana Arfira, Devina Aureel , Gus Idham, dan Beni Siregar.
Murni adalah anak semata wayang Bu Tin. Punya toko jamu kesuburan. Naasnya jamu itu tidak manjur bagi putrinya. Pernikahan sudah berumur lima tahun namun belum juga miliki keturunan. Hidup di kampung batik Laweyan memang tak semudah yang dibayangkan Murni dan suaminya. Suatu saat ada seorang bule yang akan mewawancarai usaha Jamu Joyo  miliki Bu Tin. Bule tersebut sangat antusias bertanya terkait jamu kesuburan. Tak sendiri, dia dibantu Tari. Sebagai seorang mahasiswa, Tari piawai menuntaskan sesi wawancara yang segera tayang di media sosial dan televisi. Seisi kampung keluar rumah, menyisihkan waktu di tengah-tengah kesibukan mereka hanya untuk menyaksikan momen tersebut. Wawancara usai, Endah pembantu di toko Bu Tin keluar membawa duren. Tak ada angin dan hujan, Tiba-tiba Tari mual-mual. Sontak ibunya (Bu Pur) nyeloteh jika duren itu murahan makanya bau menyengat.Â