Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK Kab. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Cocote Tonggo: Maha Benar Netizen Digital maupun Offline

15 Mei 2025   20:48 Diperbarui: 31 Mei 2025   05:25 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Cocote Tonggo (Sumber: DokPri)

Usaha Murni dan suaminya untuk mendapatkan keturunan belum juga berhasil. Hingga suatu saat Bu Pur, Bu Heri, dan Bu Wira bertandang toko jamu berniat  mengolok Murni yang tidak becus masalah kehamilan sehingga usaha tokonya tak layak berkembang. Mendengar hal tersebut, Bu Tin kecewa, marah hingga dia jatuh di kamar mandi. Bu Tin meninggal. Sebelumnya dia berpesan kepada Murni untuk terus menjaga toko. Sepeninggalan ibunya, Murni semakin gelisah dengan omongan tetangga yang makin menjadi. Toko jamu yang dulunya jaya sekarang di tangan Murni makin ngenes. Apalagi respon wawancara dari netizen sungguh mengecewakan. Ribuan juta komentar bernilai buruk. Hanya Bulik Yayuk, dan Mbah Mila sajalah yang masih berbuat baik kepada Marni.

Luki, suami Murni bekerja di Travel Gatot sebagai sopir. Bersama sahabat karibnya Supri, Luki menjalankan peran sebagai kepala keluarga. Luki terus memikirkan bagaimana cara supaya istrinya cepat hamil. Mulai dari program hamil ke dokter, minum jamu kesuburan, pergi ke dukun pijat bayi, hingga berkunjung ke Makam Sunan Muria di Kudus untuk membeli buah parijoto. Buah berwarna magenta tersebut disinyalir miliki khasiat yang luar bisa untuk kehamilan. Usaha keduanya belum berhasil. Akhirnya Luki punya inisiatif untuk mengajak Murni pergi menginap di hotel dengan harapan bisa romantis. Tetapi harapannya tidak semulus yang dia kira. Murni murka bahwa selama ini belum siap punya anak karena Luki tidak sepenuhnya tanggung jawab masalah keuangan keluarga. Mereka bergantung pada penghasilan toko. Luki tak tinggal diam, dia menyimpulkan bahwa selama ini Murni tidak pernah minum jamu, tak rutin minum obat dokter, tak juga makan parijoto. Mereka bertengkar. 

Hingga suatu malam, Luki menemukan bayi tepat di depan rumahnya. Murni dan Luki sepakat merawat bayi itu. Untuk menghindari omongan tetangga maka mereka susun strategi supaya bayi tersebut tidak diketahui warga. Mulanya Murni menitipkan sang bayi ke Bulik Yayuk. Supaya terlihat hamil, perutnya dilapisi bantal. Komentar netizen alias warga Laweyan ramai lagi. Senter diberitakan bahwa Murni hamil. 

Hingga puncak permasalahan yakni, Bu Pur, Bu Heri, Bu Wira, dan Tari curiga kalau rumah Bu Yayuk sepi di siang bolong. Akhirnya mereka memaksa masuk dan ingin membuktikan bahwa Bu Yayuk menyimpan laki-laki. Tapi yang mereka dengar malah tangisan bayi. Pecahlah suasana menjadi tegang. Warga kampung bersorak sembari datangi rumah Bu Yayuk "Yayuk free sex, Yayuk free sex". Mendengar hal tersebut Murni dan Luki bergegas ke rumah Bu Yayuk. Sementara Bu Yayuk sudah diadili di rumahnya sendiri, tak lain dan tak bukan dalangnya adalah Bu Pur. Dia begitu emosional dan memutusakan sepihak jika Yayuk harus diusir dari kampung. Sebelum Bu Yayuk menjelaskan asal usul bayi di depannya, Murni dan Luki datang. Murni mengaku bahwa itu anaknya dan selama ini dia pura-pura hamil untuk menutupi omongan tetangga. 

Tak sampai di situ, Bu Pur semakin merendahkan keluarga Murni. Hingga Mbah Mila turut andil bicara, jangan gegabah memutuskan hal belum belum diketahui kebenarannya. Hingga suasana memanas, tari sambil tersedu berkata bahwa bayi itu anaknya yang sengaja di taruh depan rumah Murni. Dia tak sanggup merawat anak tanpa ayah. Tak sanggup menghadapi cocote tonggo, karena ayah biologis si anak pergi ke negara asalnya. Mendadak Bu Pur pingsan. 

Dendam Bu Pur ternyata makin membara kepada Murni. Toko jamu dibakar Bu Pur. Hangus, meski tersisa sedikit. Pak Pur tak percaya bahwa istrinya berbuat itu. Hingga semua warga serentak berkata bahwa Bu Pur pelakunya. Cekcok mulut antara sepasang suami istri menguak sifat masing-masing. Ternyata selama menikah Bu Pur hanya memberikan fisik kepada suaminya, sedangkan hatinya masih bersama mantan kekasihnya, tak lain dan tak bukan dialah ayah Murni. Dendam masa lalu yang tidak pernah bisa diikhlaskan. Diketahui juga bahwa Pak Pur tak pernah di rumah, kerjaannya hanya mancing dan main perempuan. Pak Pur punya alasan kenapa lakukan semuanya sebab saat di rumah Bu Pur maunya menang sendiri, tak ayal anak pertamanya pergi tinggalkan rumah dan anak keduanya hamil di luar nikah. Wajah cantik tapi hati busuk.

Akhir cerita, Murni membaca surat dari ibunya tentang arti kesabaran menanti sesuatu. Luki kembali menjadi pelatih silat untuk anak-anak. Suasana bahagia menghampiri Murni dengan cerianya dia bilang kalau sedang hamil. Luki menyambut dengan riang gembira.

  • Filosofi  Hidup Film Cocote Tonggo Riil terjadi di Masyarakat

Banyak sisi baik yang dapat penonton ambil sebagai pandangan hidup, diantaranya yaitu:

a. Perkataan Luki ke Murni, " Jangan dengarkan omongan tetangga, fokuslah ke keluarga kita". 

Terkadang dalam berproses, kita lengah dan makin asyik disibukkan dengan hal-hal kecil di sekitar kita hingga lupa capaian tujuan utama.

b. Pak Pur menyampaikan ke Bu Pur, "Wajahmu cantik, tapi kelakuan dan hatimu busuk". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun