Mengingatkan bahwa hal-hal penting hanya bisa terlihat dengan hati. Sesuatu yang murni, polos, dan penuh kasih seperti cara anak kecil memandang dunia.
Dunia yang Terlalu Serius
Dunia orang dewasa begitu sibuk menghitung. Menghitung gaji, menghitung untung-rugi, menghitung usia, menghitung peluang. Segalanya menjadi angka, bahkan kebahagiaan. Semua ingin produktif, cepat, dan sempurna.
Namun di balik kesibukan itu, sering kali hilang rasa kagum terhadap hal-hal sederhana. Padahal dulu, secangkir susu hangat bisa membuat bahagia. Dulu, menatap bintang bisa membuat hati tenang. Kehangatan satu sore yang tenang bersama keluarga. Kini, semua terasa tergesa.
Sekarang hidup di zaman ketika semua orang ingin terlihat "produktif." Bahkan kebahagiaan kini diukur lewat posting-an di media sosial. Seolah hidup harus selalu berjalan cepat dan sempurna. Padahal, anak kecil tidak pernah peduli tentang citra. Mereka hanya peduli tentang apa yang membuat hati mereka senang.
Mungkin sebab itulah banyak yang merasa lelah tanpa tahu kenapa. Karena di balik segala pencapaian, ada anak kecil yang pernah bahagia hanya karena hal kecil dan kini terlupakan. Mudah lelah, karena terlalu sering berpura-pura kuat dan lupa istirahat di dalam dirinya sendiri.
Anak Kecil yang Masih Ada di Dalam Diri
Anak kecil di dalam diri sebenarnya tidak pernah pergi. Ia hanya tertidur. Kadang muncul ketika melihat kembang api, mendengar lagu masa kecil, atau bermain bersama anak-anak. Di saat-saat seperti itu, muncul perasaan hangat yang sulit dijelaskan. Perasaan bahwa bagian terdalam dari diri masih sama seperti dulu.
Namun sebagian orang takut menampakkan sisi itu. Takut dianggap kekanakan, takut terlihat lembek, takut tidak dewasa. Padahal, mungkin justru di situlah letak kemanusiaan yang sejati.
Menjadi dewasa bukan berarti meninggalkan masa kecil, melainkan membiarkan anak kecil itu tumbuh bersama, agar hati tetap jernih, pikiran tetap ringan, dan langkah tetap punya arah.
Mengingat Bukan Berarti Mundur
Banyak yang lupa masa kecil karena terlalu sibuk berlari mengejar masa depan. Padahal masa lalu bukan beban, melainkan cahaya.
Masa kecil adalah masa ketika cinta datang tanpa syarat, mimpi tumbuh tanpa takut gagal, dan maaf hadir tanpa dendam. Nilai-nilai itu bukan untuk dilupakan, tapi untuk dijadikan penuntun hidup.
Menghidupkan kembali jiwa anak kecil bukan berarti menolak kedewasaan, tapi mengembalikan kejujuran dan kepolosan yang dulu pernah dimiliki. Kembali mengenali diri yang paling jujur. Diri yang dulu melihat dunia dengan penuh rasa ingin tahu dan rasa syukur.Â