Di era modern seperti sekarang, kehidupan kita sering kali dipenuhi dengan hiruk pikuk suara. Notifikasi ponsel berdenting tanpa henti, rapat menumpuk, lalu lintas macet, dan tekanan pekerjaan yang seakan tak ada habisnya. Ironisnya, justru di tengah kebisingan itu, manusia sering kali kehilangan kepekaan.
Banyak orang tidak lagi mampu menangkap tanda-tanda kecil di sekitarnya: ekspresi sedih yang terselip di wajah sahabat, nada bicara orang tua yang rindu perhatian, atau bahasa tubuh pasangan yang meminta pengertian.
Padahal, budaya Jawa sejak lama telah mengajarkan pentingnya kepekaan melalui sebuah filosofi luhur: Tanggap ing Sasmita. Filosofi ini bukan sekadar ajakan untuk “mengerti kode,” tetapi sebuah seni membaca isyarat hidup dengan hati yang peka, lalu hadir dengan kepedulian.
Apa Itu Tanggap ing Sasmita?
Secara harfiah, tanggap ing sasmita berarti mampu menangkap atau memahami isyarat. Dalam budaya Jawa, isyarat tidak selalu berupa kata-kata. Bisa berupa tatapan mata, nada suara, gerak tubuh, atau bahkan keheningan yang menyimpan makna.
Seorang yang tanggap ing sasmita tidak menunggu untuk diperintah. Ia mampu memahami kebutuhan orang lain bahkan sebelum diminta. Misalnya, seorang anak yang tahu ibunya lelah sepulang dari pasar, lalu segera mengambil alih pekerjaan rumah tanpa harus disuruh. Atau seorang sahabat yang bisa merasakan keresahan temannya, meski ia hanya tersenyum tipis untuk menutupi rasa sedih.
Inilah inti dari tanggap ing sasmita: peka, peduli, dan siap hadir memberi solusi.
Lebih dari Sekadar Paham Kode
Sering kali kita mendengar orang berkata, “Peka dong, masa harus dikasih tahu dulu?” Namun, tanggap ing sasmita lebih dalam dari sekadar paham kode. Ia menuntut kemampuan membaca konteks, memahami situasi, dan merasakan perasaan orang lain.
Dalam praktiknya, filosofi ini menciptakan hubungan yang lebih halus dan minim konflik. Misalnya, seorang karyawan yang tanggap ing sasmita akan tahu kapan waktunya berbicara dengan atasan dan kapan sebaiknya menahan diri. Seorang suami atau istri yang tanggap ing sasmita akan bisa membaca tanda-tanda kecil sebelum sebuah pertengkaran besar meledak.
Kepekaan seperti ini membuat hidup lebih selaras. Tidak ada yang merasa diabaikan, tidak ada yang merasa tidak dipahami.
Tanggap ing Sasmita lan Impad Pasanging Grahita
Dalam tradisi Jawa, filosofi ini sering disandingkan dengan ajaran lain: impad pasanging grahita. Artinya, bukan hanya mampu menangkap maksud, tetapi juga tahu apa yang harus dilakukan setelahnya.