Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Poncke Princen: Dari Serdadu Belanda Menjadi Pejuang Kemanusiaan Indonesia

10 September 2025   20:15 Diperbarui: 10 September 2025   20:15 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendrik Johannes Cornelis Princen (@potolawas//citizen.riau24.com)

Ada kisah seseorang yang jarang didengar di negeri ini, kisah yang membuat kita berhenti sejenak untuk merenung: bagaimana mungkin seorang anak muda Belanda yang dikirim ke tanah jajahan untuk menumpas "pemberontakan", justru memilih membelot dan membela mereka yang ditindas bangsanya sendiri?

Inilah kisah Hendrik Johannes Cornelis Princen atau yang lebih dikenal sebagai Poncke Princen, dan setelah menjadi mualaf dipanggil Haji Princen. Ia adalah manusia yang pernah membela kemanusiaan dengan senjata di tangan, lalu menghabiskan hidupnya membela mereka yang tertindas lewat advokasi hukum.

Kisah hidupnya bagaikan novel yang mustahil ditulis ulang, karena hanya kenyataanlah yang sanggup mencipta jalan hidup seberani dan sekeras itu.

Masa Muda: Dari Belanda yang Diduduki Nazi

Princen lahir di Belanda pada 21 November 1925. Masa remajanya tak bisa dilepaskan dari bayang-bayang Perang Dunia II. Saat Jerman Nazi menduduki Belanda, ia ikut bergabung dengan kelompok perlawanan. Ia berjuang melawan rezim fasis Hitler yang menginjak-injak tanah kelahirannya.

Pengalaman perlawanan ini membentuk jiwanya: membela yang lemah, melawan penindas. Namun, perang dunia usai bukan berarti hidupnya menjadi tenang. Sebaliknya, ia kemudian direkrut menjadi tentara KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) dan dikirim ke Hindia Belanda.

Tujuannya jelas: menumpas republik muda Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan.

Di Tanah Jawa: Antara Seragam KNIL dan Nurani

Ketika tiba di Indonesia, Princen menyaksikan sendiri kontradiksi besar. Ia dikirim dengan misi untuk "memulihkan ketertiban", tetapi yang ia lihat justru tentara Belanda menindas rakyat.

Pengalaman paling membekas terjadi ketika kekasihnya, seorang gadis Indonesia bernama Asmuna, dieksekusi oleh polisi militer Belanda. Alasannya sepele: ia dituduh berhubungan dengan serdadu Belanda. Princen yang baru saja berjumpa dengannya, hanya bisa terpaku melihat tubuh Asmuna terbaring bersimbah darah.

Tak berhenti di situ. Ia juga menyaksikan seorang tahanan tua Indonesia ditembak mati dengan tawa oleh tentara Belanda, seolah menembak seekor hewan. Semua itu menumbuhkan rasa jijik dan marah yang mendalam dalam hatinya.

Membelot: Menjadi Bagian dari Republik

Kecewa pada bangsanya sendiri, Princen akhirnya memutuskan membelot. Ia meninggalkan seragam KNIL, menjadi desertir, dan kemudian bergabung dengan Tentara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun