Dulu, rasanya semua hal begitu menarik. Hal baru selalu muncul di depan mata. Tapi sekarang, ketika rutinitas sudah mengambil alih, waktu jadi seperti bayangan yang cepat berlalu.
Kadang muncul perasaan hampa. Seperti, "Benarkah sudah sejauh ini?" Padahal rasanya belum melakukan banyak hal.
Mungkin tidak perlu langsung mengubah hidup besar-besaran. Tapi bisa dimulai dari hal kecil: mencoba hal baru, menulis, membaca buku berbeda, atau sekadar diam sejenak menikmati suasana sore.
Hidup tidak selalu jelas arahnya. Kadang bingung, kadang lelah, kadang merasa jauh dari semua hal yang diharapkan. Tapi bukan berarti menyerah.
Selama masih bisa bangun, selama masih bisa merasa, mungkin itu tandanya masih ada harapan.
Kalau dipikir-pikir, bisa hidup saja sudah keajaiban. Menurut perhitungan ilmiah, kemungkinan untuk benar-benar lahir di dunia ini sangat kecil. Sekitar satu banding satu triliun. Â 1:1.000.000.000.000. Artinya, keberadaan kita saja sudah sebuah keajaiban statistik.
Jadi kalau hari ini masih bisa tertawa, masih bisa marah, menangis, dan merasa jatuh cinta, itu sudah luar biasa.
Waktu tidak akan menunggu. Tapi setiap orang punya pilihan, mau diisi dengan apa sisa hari ini.
Tidak harus spektakuler. Yang penting terasa. Yang penting ada jejaknya, meski kecil. Dan mungkin, itu sudah cukup.
Quarter-Life Crisis Itu Wajar
Sekarang memang hidup di dunia yang berubah sangat cepat, yang kadang tidak memberi kita waktu untuk benar-benar memahami siapa diri kita.