Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Tradisi Malam 1 Suro

27 Juni 2025   07:49 Diperbarui: 27 Juni 2025   08:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Tapa Bisu pada malam 1 Suro di Kraton (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Malam 1 Suro bukanlah malam biasa bagi masyarakat Jawa. Malam 1 Suro adalah malam pergantian tahun dalam penanggalan Jawa, tetapi tidak dirayakan dengan kembang api, pesta, atau keramaian. Justru sebaliknya, malam ini diisi dengan keheningan, laku tirakat, dan doa-doa yang lirih. Apalagi tahun ini, malam 1 Suro jatuh bersamaan dengan malam Jumat Kliwon, kombinasi waktu yang dalam pandangan banyak orang Jawa memiliki aura paling sakral dan penuh misteri.

Lalu apa sebenarnya makna dari malam 1 Suro ini? Kenapa malam ini begitu dijaga dan dimaknai? Mari kita telusuri lebih dalam.

Apa Itu Malam 1 Suro?

Malam 1 Suro adalah malam pertama dari bulan Suro, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Jawa. Kalender ini merupakan hasil ciptaan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1633 Masehi. Sultan Agung memadukan sistem penanggalan: Kalender Islam (Hijriah) dan Kalender Saka (Hindu). Tujuan dari perpaduan ini adalah menyatukan budaya Islam yang mulai kuat dengan akar tradisi lokal masyarakat Jawa tanpa menimbulkan benturan budaya.

Meski sering bertepatan dengan 1 Muharram dalam Kalender Hijriah, malam 1 Suro memiliki nuansa dan pendekatan kultural yang khas.

Bukan Sekadar Pergantian Tahun

Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi yang identik dengan gemerlap dan keramaian, malam 1 Suro adalah momen keheningan. Malam ini lebih didekati sebagai waktu untuk instrospeksi, menyucikan diri, dan berdoa agar kehidupan ke depan menjadi lebih baik.

Pada malam ini, banyak orang Jawa melakukan tirakat, semedi, kungkum (berendam), hingga menyepi dari keramaian. Semua dilakukan dengan satu tujuan: membersihkan batin, memperkuat spiritualitas, dan memperbaiki hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama.

Sakralnya Pertemuan 1 Suro dan Jumat Kliwon

Tahun ini, malam 1 Suro bersamaan dengan malam Jumat Kliwon, salah satu malam yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai malam "keramat". Jumat Kliwon sering dikaitkan dengan malam-malam spiritual, bahkan mistis. Dalam pandangan tradisional, malam ini diyakini sebagai waktu di mana dunia kasat mata dan tak kasat mata saling bersinggungan.

Namun, tidak semua orang memaknainya secara mistik. Banyak yang justru menjadikan malam ini sebagai momentum untuk memperdalam keimanan, memperbanyak dzikir, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Aura sunyi malam ini seolah menjadi ruang untuk menyelami makna hidup yang sering terabaikan dalam keseharian.

Sejarah dan Kepercayaan di Balik Malam 1 Suro

Kepercayaan terhadap kesakralan malam 1 Suro tidak muncul begitu saja. Dalam sejarahnya, malam ini diyakini pernah jatuh di hari yang dianggap keramat oleh masyarakat Jawa, seperti Jumat Legi. Pada malam-malam seperti itu, masyarakat berkumpul bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk kegiatan spiritual seperti:

  • Pengajian bersama
  • Ziarah kubur
  • Haul para wali atau tokoh agama
  • Tirakat dan menyepi

Inilah kenapa malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang "berbeda". Dalam tradisi Jawa, malam ini membawa kita kembali pada nilai-nilai lama yang kini mulai terlupakan: ketenangan, kehati-hatian, dan rasa hormat terhadap waktu.

Tradisi-tradisi Unik Malam 1 Suro di Berbagai Daerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun