Pernahkah berada dalam situasi saat seseorang datang dan mulai bercerita panjang lebar?
Mungkin seorang teman, saudara, atau pasangan. Mereka sedang menghadapi sesuatu. Kata demi kata mengalir dari bibir mereka, penuh emosi, penuh kegelisahan. Sementara itu, diri hanya duduk di hadapan mereka, diam, bingung harus berkata apa.
Tidak semua orang siap menghadapi momen seperti itu. Ada perasaan ingin membantu, tapi tak tahu caranya. Ada keinginan untuk membuat suasana terasa lebih ringan, tapi khawatir justru menyampaikan kalimat yang salah. Dan itu wajar.
Menjadi pendengar yang baik bukanlah kemampuan bawaan.
Ia tidak otomatis dimiliki setiap orang. Tak diajarkan di bangku sekolah. Tidak pula selalu lahir dari kepintaran. Tapi bisa dipelajari, dan lebih dari itu bisa dilatih.
Sederhana sebenarnya: mendengarkan.
Namun, bukan sekadar mendengar.
Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar hanyalah menangkap suara. Sementara mendengarkan adalah sebuah seni. Sebuah kesediaan untuk hadir sepenuhnya, memberi ruang, tanpa menyela, tanpa tergesa menanggapi, apalagi menghakimi.
Orang yang datang dengan cerita belum tentu sedang mencari solusi. Kadang, mereka hanya butuh tempat untuk menaruh beban yang tak lagi sanggup mereka pikul sendiri. Dan saat itu, keberadaan seseorang yang bersedia mendengarkan bisa jauh lebih berarti daripada sejuta nasihat.
Dalam dunia psikologi, mendengarkan secara aktif dikenal sebagai active listening.
Bukan sekadar mengangguk atau mengucap "ya" sesekali. Tapi benar-benar hadir. Memperhatikan. Menyimak. Menyerap. Dan bila perlu, mengulangi sebagian dari apa yang mereka katakan, agar mereka tahu bahwa kata-katanya sampai, bahwa diri mereka diterima.
Di dunia yang serba cepat ini, menjadi pendengar yang baik adalah bentuk kasih yang jarang dirayakan. Tapi dampaknya nyata. Di tengah banyaknya orang yang ingin bicara, mereka yang sungguh-sungguh mendengarkan justru menjadi langka.
Kita hidup di zaman ketika semua orang ingin berbicara. Media sosial penuh dengan orang-orang yang ingin didengar. Tapi, berapa banyak yang bersedia mendengarkan?