Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membangun Kerja Sama Antar Generasi Melalui Empati dan Kesepahaman

9 Mei 2025   23:50 Diperbarui: 10 Mei 2025   13:16 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja antar generasi (Freepik/gpointstudio) 

Ada tiga kunci utama supaya kerja sama lintas generasi bisa berjalan baik: pahami karakter tiap generasi, buat aturan main yang adil, dan tumbuhkan empati.

1. Kenali Gaya dan Karakter Setiap Generasi

Setiap generasi tumbuh di masa yang berbeda, jadi wajar kalau karakter dan cara berpikirnya juga berbeda. Yuk, kenalan sedikit dengan mereka:

  • Baby Boomer (lahir sekitar 1946--1964): Mereka dikenal gigih, pekerja keras, dan loyal. Hidup di masa penuh perjuangan, jadi mereka terbiasa dengan kerja keras dan stabilitas.

  • Generasi X (1965--1980): Tangguh, mandiri, dan fleksibel. Tumbuh di masa transisi, mereka cepat beradaptasi dan biasanya punya cara kerja yang realistis.

  • Milenial (1981--1996): Cenderung terbuka terhadap teknologi, menyukai fleksibilitas, dan peduli dengan makna di balik pekerjaan mereka.

  • Gen Z (1997 ke atas): Dibesarkan di era internet dan media sosial. Mereka sangat melek digital, lebih terbuka terhadap keberagaman, dan punya semangat inovatif yang kuat. Mereka juga memiliki preferensi tinggi terhadap privasi dan keseimbangan emosional. 

Memahami karakter ini bukan untuk mengkotak-kotakkan, tapi supaya kita bisa tahu cara terbaik untuk bekerja bareng. Gaya kerja boleh beda, tapi kalau saling ngerti, kerja jadi lebih ringan dan produktif.

2. Buat Aturan Main yang Jelas dan Adil

Beda generasi pasti punya cara kerja yang beda. Tapi semua bisa menyatu kalau ada aturan main yang disepakati bersama.

Aturan ini bisa sesederhana: kapan harus hadir di kantor, kapan boleh kerja dari rumah. Atau, kapan harus rapat tatap muka, dan kapan cukup lewat Zoom atau Google Meet. Bisa juga soal gaya komunikasi---pakai bahasa formal atau santai, pakai email atau chat.

Yang penting: semua paham aturan yang sama. Jadi nggak ada yang merasa dirugikan atau dipaksa ikut cara kerja yang bukan gayanya. Boleh saja metodenya beda, tapi tujuannya tetap sama.

Aturan yang jelas juga bikin semua anggota tim tahu batasan, tanggung jawab, dan cara berkontribusi dengan adil. Dengan begitu, suasana kerja jadi lebih tertib tapi tetap nyaman.

3. Tanamkan Empati, Bukan Ego

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun