Stadion Manahan Solo bukan hanya sekadar arena olahraga, ia adalah saksi perjalanan panjang dan transformasi Kota Solo dalam dunia olahraga.Â
Berlokasi strategis di Jalan Adi Sucipto No.1, Manahan, Banjarsari, stadion ini mudah diakses dari berbagai titik penting, seperti Stasiun Kereta Purwosari, Terminal Tirtonadi, dan Bandara Adi Soemarmo, menjadikannya pusat aktivitas yang vital bagi masyarakat dan pengunjung.
Nama "Manahan" ini dalam bahasa Jawa dari kata "manah" yang berarti hati atau perasaan. Nama ini bermakna semangat yang tumbuh di kawasan ini yang dulunya milik Praja Mangkunegaran. Â
Sejarah Stadion Manahan dimulai pada tahun 1989, ketika pembangunannya digagas sebagai persembahan dari Yayasan Ibu Tien Soeharto. Setelah sembilan tahun pengerjaan, stadion ini resmi dibuka pada 21 Februari 1998 oleh Presiden Soeharto.Â
Berdiri di atas lahan seluas 170.000 meter persegi dengan luas bangunan mencapai 33.300 meter persegi, stadion ini dirancang untuk memenuhi standar internasional, menjadikannya salah satu fasilitas olahraga terkemuka di Indonesia.
Video peresmian Stadion Manahan Solo oleh Presiden Soeharto
Jejak sejarah kawasan Manahan jauh lebih panjang. Pada masa lalu, area ini digunakan sebagai tempat latihan memanah dan berburu oleh bangsawan kerajaan. Seiring waktu, kawasan ini diubah menjadi arena pacuan kuda oleh keluarga Mangkunegaran, menggantikan lokasi sebelumnya di daerah Balapan.Â
Perubahan ini terjadi karena adanya pertukaran lahan dengan Kasunanan Surakarta untuk pembangunan stasiun kereta pada masa kolonial. Transformasi ini menunjukkan bagaimana Manahan selalu menjadi pusat aktivitas olahraga dan rekreasi bagi masyarakat Solo.
Stadion Manahan Solo telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting, baik di kancah nasional maupun internasional.Â
Stadion ini terus berkembang menjadi salah satu pusat olahraga terbesar di Indonesia, dengan berbagai event besar yang telah digelar di sini, mencerminkan peran strategisnya dalam dunia olahraga dan hiburan.
Salah satu momen bersejarah adalah ketika Stadion Manahan menjadi tuan rumah Puncak Peringatan Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) ke-16 pada tahun 1999. Acara ini menegaskan peran stadion dalam memajukan olahraga nasional dan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Solo.
Dalam dunia sepak bola, Stadion Manahan telah menjadi kandang bagi beberapa klub ternama. Pelita Solo menggunakan stadion ini sebagai markasnya pada tahun 2000 hingga 2002, diikuti oleh Persijatim Solo FC pada periode 2003 hingga 2006. Sejak tahun 2006 hingga sekarang, stadion ini menjadi rumah bagi Persis Solo, semakin mengukuhkan Solo sebagai kota sepak bola.
Stadion ini juga menjadi saksi berbagai kompetisi bergengsi, seperti Babak 8 Besar dan Final Liga Indonesia 2005/2006 antara PSIS Semarang dan Persik Kediri, serta menjadi lokasi Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah (PORPROV JATENG) pada tahun 2009.
Sebagai bentuk komitmen terhadap inklusivitas dalam olahraga, Stadion Manahan dipercaya menjadi tuan rumah ASEAN Para Games pada tahun 2011 dan 2022, ajang olahraga difabel terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, stadion ini juga menjadi lokasi Pekan Paralimpiade Nasional Indonesia 2024.
Stadion Manahan terus berbenah. Pada tahun 2018, stadion ini menjalani renovasi besar-besaran untuk meningkatkan kualitas fasilitasnya.Â
Perbaikan ini mencakup peningkatan kualitas rumput stadion yang kini memenuhi standar internasional, penambahan kursi single seat di seluruh tribun, pemasangan atap penuh, serta pembenahan berbagai fasilitas penunjang lainnya.Â
Upaya ini bertujuan menjadikan Stadion Manahan sebagai venue yang layak untuk menggelar berbagai acara olahraga berskala internasional.
Komitmen tersebut terbukti ketika Stadion Manahan dipercaya menjadi salah satu tuan rumah Piala Dunia U-17 pada tahun 2023, bahkan menjadi lokasi pertandingan final. Keterlibatan dalam ajang bergengsi ini menegaskan kapasitas dan reputasi stadion sebagai pusat olahraga berkelas dunia.Â
Stadion Manahan juga sering menjadi homebase Timnas Indonesia di berbagai kelompok umur. Pada tahun 2024, stadion ini kembali ditunjuk sebagai salah satu venue untuk Kejuaraan Putra U-16 ASEAN dan menjadi homebase Indonesia dalam ASEAN Championship 2024, turnamen sepak bola bergengsi di Asia Tenggara. Menjadi saksi bisu pula akhir karir dari coach Shin Tae-yong melatih Timnas Indonesia.
Dijuluki pula sebagai Mini GBK, dengan kapasitas sekitar 20.003 penonton yang disertai sistem kursi tunggal untuk kenyamanan, serta fasilitas penunjang seperti area parkir luas dan ruang-ruang multifungsi. Tak hanya sepak bola area parkir Stadion Manahan Solo juga sering menjadi berbagai acara otomotif, salah satunya Indonesia Drift Championship 2023.
Stadion Manahan memiliki fasilitas olahraga yang lengkap. Di kawasan ini terdapat GOR, lapangan tenis, velodrome, panjat tebing, dan berbagai sarana olahraga lainnya.Â
Kini, Stadion Manahan juga dibuka untuk aktivitas olahraga masyarakat, seperti jogging, senam, dan kegiatan olahraga lainnya. Jika dahulu setiap Minggu terdapat Pasar Minggu, kini area ini lebih difokuskan pada aktivitas olahraga dan bahkan dibuka hingga malam hari.
Di depan Stadion Manahan, tepatnya di gerbang Plasa Manahan, terdapat patung Ir. Soekarno dalam posisi duduk sambil membaca buku. Patung ini terbuat dari perunggu, memiliki tinggi 3 meter dan lebar 1,2 meter, serta dikelilingi air mancur berbentuk oval. Patung ini selesai pembangunannya pada tahun 2016.
Patung ini memiliki makna filosofis yang mendalam. Membaca adalah awal dari pemahaman dunia dan pengetahuan, sebuah kebiasaan yang menjadi dasar kemajuan. Kebiasaan membaca yang dimiliki Soekarno menjadi teladan yang patut dicontoh oleh generasi penerus agar bangsa ini semakin maju.
Patung ini juga menjadi simbol pentingnya literasi, memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang nilai membaca. Lebih dari sekadar penghormatan kepada Bung Karno, patung ini mendorong anak-anak bangsa untuk menjadikan membaca sebagai kebiasaan yang membawa perubahan.
Stadion Manahan bukan sekadar arena pertandingan, tetapi juga lambang kemajuan infrastruktur Kota Solo. Lebih dari itu, stadion ini mencerminkan semangat dan dedikasi masyarakat dalam memajukan dunia olahraga.Â
Seiring waktu, Stadion Manahan terus berkembang, mengikuti dinamika kota dan menjawab tantangan zaman. Sebagai ikon Solo, stadion ini bukan hanya tempat berkumpulnya pecinta olahraga, tetapi juga sumber inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berprestasi.
Referensi:
GoodNewsFromIndonesia.id.(2025).Jejak Perkembangan Stadion Manahan Solo Diakses dari: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/01/20/jejak-perkembangan-stadion-manahan-solo
RRI.co.id. (2024). Makna Filosofis Patung Soekarno Membaca di Manahan Solo Diakses dari: https://www.rri.co.id/lain-lain/649856/makna-filosofis-patung-soekarno-membaca-di-manahan-solo
Galeri Foto:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI