Mohon tunggu...
muhammad zidni mubarok
muhammad zidni mubarok Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi cinematik dan ngedit

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

artikel data diri

29 September 2025   19:55 Diperbarui: 29 September 2025   19:55 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Nama : Muhammad Zidni Mubarok
Nim: 2024100320378
Kelas : 3B
Matkul : Logika
Dosen : Harry Purwanto M.I.Kom

Data Diri
Nama Muhammad Zidni Mubarok saya lahir pada tanggal 17 November 2005 di Lumajang, Asal usul nama saya, dulu waktu ibuk saya baru lahir ayah dan ibu saya sowan ke kyai sulahak syarif untuk mengasih nama anak kedua nya, Dimana  akhir nya saya dikasih lah nama Muhammad Zidni Mubarok yang artinya Muhammad "sebaik-baiknya manusia" Zidni "tambahkanlah" Mubarok "barokah dari sini lah saya dinamai Muhammad Zidni Mubarok hingga sekarang. Bapak saya bernama bajuri dan ibu saya bernama Wahyu Purwati, Saya dua bersaudara saya anak terakhir, Kakak saya bernama Muhammad Yusril Ezza Mahendra, Saya bertempat tinggal di desa Selokgondang Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.

Riwayat pendidikan
Saya sejak kecil tidak bersekolah paud, akan tetapi langsung ke Tk. Tknya di Tk Miftahul Ulum selokgondang, kemudian lulus Tk saya sekolah di Sdn Selokgondang 02, setelah lulus Sd saya melanjutkan berpendidikan dipondok pesantren selama 3th yaitu dipondok pesantren Nurut Tauhid itupun sekolah salah mondok, setelah lulus diMts Nurut Tauhid saya melanjutkan lagi di pondok pesantren kyai syarifuddin, saya ngambul sekolah smk syarifuddin akan tetapi itu tidak bertahan sampai lulus, di pertengahan semester kls 1 smk saya terkena musibah, musibahnya konflik keluarga, dari sini lah saya berhenti mondok dan sekolah di syarifuddin, saya keluar kemudian saya melanjutkan pendidikan saya di Smks 02 Yp 17 Lumajang di sekolah itu saya langsung naik ke kls 2 sampai lulus smk saya bersekolah di Smks 02 yp 17 Lumajang, lulus dari smk saya melanjutkan perguruan tinggi saya di universitas Islam Syarifuddin (UNISYA) hingga saat ini.

Pengalaman
Sejak masa kecil, lingkungan adalah bagian penting dalam membentuk kepribadian seseorang, termasuk diri saya. Saya tumbuh di sebuah daerah di Jawa Tengah yang kental dengan suasana religius dan kebersamaan masyarakatnya. Hampir setiap hari, suara azan dari masjid menjadi pengingat untuk senantiasa menjaga ibadah, sementara interaksi dengan para tetangga menumbuhkan sikap sosial dan kebersamaan dalam diri saya. Sejak usia dini, saya terbiasa mengikuti kegiatan keagamaan di masjid dekat rumah. Mulai dari belajar membaca Al-Qur'an, mengikuti pengajian, hingga terlibat dalam kegiatan remaja masjid. Kebiasaan itu secara perlahan membentuk saya menjadi pribadi yang disiplin dalam mengatur waktu serta senang berinteraksi dengan orang lain.
Di lingkungan keluarga, saya diajarkan untuk hidup sederhana dan penuh tanggung jawab. Orang tua selalu menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, serta kepedulian terhadap sesama. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar pijakan saya dalam menjalani kehidupan. Saya belajar bahwa setiap usaha tidak selalu membuahkan hasil yang instan, melainkan membutuhkan proses panjang, ketekunan, serta kesabaran.

Memasuki masa sekolah dasar, saya mulai terbiasa dengan dunia pendidikan formal. Guru-guru tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga mendidik kami untuk memiliki sikap disiplin dan bertanggung jawab. Saat itu, saya senang mengikuti berbagai kegiatan sekolah, baik akademik maupun non-akademik. Saya kerap dipercaya menjadi bagian dari kelompok diskusi, mengikuti lomba cerdas cermat, hingga ikut serta dalam kegiatan seni sederhana. Dari sinilah mulai tumbuh rasa percaya diri untuk berbicara di depan umum, meskipun pada awalnya penuh rasa gugup.
Saat melanjutkan pendidikan di tingkat menengah pertama, pengalaman saya semakin bertambah. Di usia remaja, saya mulai lebih memahami arti persahabatan dan pentingnya kerja sama dalam kelompok. Saya bergabung dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka dan organisasi siswa. Dari pramuka, saya belajar kemandirian, keberanian, serta keterampilan hidup sederhana. Sementara dari organisasi sekolah, saya belajar tentang kepemimpinan, bagaimana menyampaikan pendapat, serta menghargai perbedaan pandangan.
Pengalaman semakin kaya ketika saya menginjak bangku sekolah menengah atas. Di sini, saya pernah dipercaya menjadi ketua kelas. Tugas tersebut melatih saya dalam hal tanggung jawab dan komunikasi dengan teman-teman maupun guru. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin kecil di kelas, sebab saya harus berusaha bersikap adil, mendengarkan berbagai keluhan, serta mampu menyampaikan aspirasi dengan cara yang baik. Namun, dari pengalaman itu, saya semakin paham bahwa kepemimpinan bukanlah soal kuasa, melainkan soal amanah yang harus dijalankan dengan hati.
Selain menjadi ketua kelas, saya juga aktif di organisasi OSIS. Melalui OSIS, saya terlibat dalam berbagai program sekolah, seperti penyelenggaraan peringatan hari besar nasional, kegiatan bakti sosial, hingga lomba-lomba antar kelas. Aktivitas tersebut membuat saya terbiasa bekerja dalam tim, mengatur acara, dan berinteraksi dengan banyak pihak. Dari sinilah saya menyadari bahwa diri saya memiliki ketertarikan besar dalam bidang sosial, terutama dalam membantu dan mendengarkan orang lain.
Di luar kegiatan organisasi, saya memiliki kegemaran pribadi yang turut membentuk karakter saya, yaitu membaca dan menulis. Membaca buku memberi saya wawasan baru, memperluas cakrawala berpikir, serta melatih kemampuan memahami berbagai sudut pandang. Sementara menulis menjadi wadah bagi saya untuk menuangkan ide, pengalaman, maupun perasaan yang terkadang sulit diungkapkan secara lisan. Kebiasaan ini kemudian berkembang menjadi hobi yang bermanfaat, karena melatih daya analisis sekaligus menjadi sarana refleksi diri.
Tidak hanya itu, saya juga senang berdiskusi. Diskusi bagi saya bukan sekadar perdebatan, melainkan sarana untuk saling belajar, bertukar pikiran, serta melatih keterbukaan terhadap sudut pandang orang lain. Dari diskusi, saya sering menemukan ide-ide baru dan semakin memahami bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, yang dapat dijadikan pelajaran berharga.
Memasuki masa kuliah, saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pada program studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI). Pilihan ini bukan tanpa alasan. Saya merasa bahwa latar belakang pengalaman saya, minat dalam bidang sosial, serta kecenderungan untuk mendengarkan dan memahami orang lain sangat sesuai dengan jurusan ini. BKI mengajarkan saya bagaimana menjadi pribadi yang mampu mendampingi, membimbing, serta memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi individu, baik dari sisi psikologis maupun spiritual.
Di lingkungan kampus, saya juga tidak hanya fokus pada akademik, melainkan aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Melalui organisasi, saya belajar manajemen kegiatan, kepemimpinan, serta semakin terasah dalam kemampuan komunikasi. Saya juga sering mengikuti kegiatan sosial, seperti pengabdian masyarakat dan bakti sosial. Dari situ saya merasa lebih dekat dengan masyarakat, memahami kebutuhan mereka, serta belajar bahwa ilmu yang saya pelajari di kampus harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Semua pengalaman itu perlahan membentuk karakter saya sebagai pribadi yang berusaha disiplin, bertanggung jawab, dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Saya percaya bahwa setiap orang memiliki potensi dan peran masing-masing dalam kehidupan ini. Bagi saya, potensi tersebut perlu terus dikembangkan, bukan hanya demi kepentingan pribadi, melainkan juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Dengan latar belakang pengalaman, kebiasaan, minat, dan cita-cita tersebut, maka saya adalah Muhammad Zidni Mubarok, lahir di Jawa Timur  pada tanggal 17 November 2005. Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Islam. Saya berharap dengan ilmu yang saya pelajari serta pengalaman yang saya peroleh, saya dapat menjadi pribadi yang bermanfaat, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dunia pendidikan.
Cita-cita saya adalah menjadi seorang konselor yang mampu memberikan pendampingan kepada orang-orang yang membutuhkan, khususnya dalam konteks keislaman. Saya ingin berperan membantu individu agar mampu menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi, meningkatkan kualitas hidup mereka, serta menumbuhkan kesadaran spiritual yang lebih baik. Dengan begitu, saya tidak hanya menjalankan profesi, tetapi juga berkontribusi dalam membangun generasi yang beriman, berakhlak, dan berdaya guna.
Akhirnya, saya menyadari bahwa perjalanan hidup masih panjang. Jalan yang harus ditempuh tentu penuh tantangan dan rintangan. Namun, dengan keyakinan, kerja keras, serta doa, saya percaya setiap langkah akan membawa saya menuju tujuan yang diharapkan. Prinsip saya adalah untuk terus belajar sepanjang hayat, sebab ilmu tidak pernah habis untuk digali. Dengan modal pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil, saya optimis dapat terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun