Mohon tunggu...
Muhammad Zidane Ananda Suta
Muhammad Zidane Ananda Suta Mohon Tunggu... Mahasiswa

SEMANGAT MENULIS DAN MENEBAR KEBAIKAN

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Konsep Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Filsafat Ilmu

4 Oktober 2025   04:42 Diperbarui: 4 Oktober 2025   04:42 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat ilmu merupakan bagian filsafat yang berfokus dalam mengkaji secara mendalam esensi ilmu pengetahuan. Dalam siklus perkembangan zaman yang dibuktikan dengan kemajuan teknologi dan arus globalisasi, filsafat ilmu bukan sekadar pertukaran ide teoritis, tetapi dapat menjadi aspek penting dalam menilai pengetahuan dibangun, digunakan, dan diarahkan bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, filsafat ilmu memiliki urgensi dalam memberikan dasar konsep bagi perkembangan berbagai disiplin ilmu (Rifqi dkk., 2024).

Keberadaan implementasi filsafat ilmu akan semakin relevan, disebabkan ilmu pengetahuan akan terus berkembang menjadi berbagai spesifikasi dan klasifikasi melalui pengaruh oleh nilai, kepentingan, serta dinamika sosial yang melingkupinya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem filsafat yang mampu memberikan jawaban relevan dalam pertanyaan mendasar tentang esensi keberadaan pengetahuan, metode memperoleh kebenaran, dan memenuhi tujuan penerapannya dalam kehidupan (Munip, 2024).

Dalam penelitian akademis, pengembangan dan evolusi konsep-konsep dalam filsafat ilmu difokuskan pada pengkajian hubungan antara nilai, realitas, dan pemikiran. Interaksi ini penting karena pertimbangan metodologis dan pemikiran filosofis yang menyertainya memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, filsafat ilmu lebih dari sekadar teori abstrak; filsafat ilmu juga merupakan seperangkat prinsip bermanfaat yang memandu penelitian agar selaras dengan tujuan-tujuan kemanusiaan yang lebih umum (Hayati & Dalimunthe, 2022).

Tujuannya adalah agar mempelajari filsafat ilmu dapat menghasilkan pemahaman kritis bahwa ilmu pengetahuan perlu diproduksi secara holistik, dengan mempertimbangkan manfaat sosial dan pertimbangan etika, di samping kebenaran ilmiah. Metode ini menyeimbangkan penguasaan pengetahuan, tanggung jawab moral, dan nilai-nilai kemanusiaan, sekaligus menjamin relevansi dan kontekstualitas filsafat ilmu dalam menangani isu-isu global (Hayati & Dalimunthe, 2024).

Ontologi adalah studi tentang hakikat realitas dan subjek-subjek penyelidikan ilmiah dalam filsafat ilmu. Ontologi mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada (being) dan bagaimana pengetahuan membingkai keberadaan tersebut. Dalam hal ini, ontologi bertindak sebagai landasan konseptual yang menetapkan batasan dan cakupan subjek penyelidikan dalam setiap cabang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan kehilangan arah tanpa ontologi karena objek formal dan material kajiannya tidak jelas (Munip, 2024).

Ontologi membantu dalam diferensiasi filosofis antara konstruksi subjektif manusia dan realitas objektif. Misalnya, dalam sains, ontologi memberikan landasan untuk menentukan apakah fenomena yang diteliti benar-benar ada dengan sendirinya atau hanya merupakan hasil interpretasi para peneliti. Hal ini mendukung gagasan bahwa sains menafsirkan realitas menggunakan kerangka konseptual tertentu, selain mendeskripsikannya (Rifqi dkk., 2024).

Epistemologi dalam filsafat ilmu fokus pada pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan diperoleh, apa sumber kebenaran, dan bagaimana membedakan antara keyakinan yang sahih dengan klaim pengetahuan yang salah. Epistemologi menekankan aspek metodologis dan rasionalitas dalam proses pencarian ilmu, sehingga pengetahuan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan pendekatan epistemologis, ilmu pengetahuan dipandang bukan sekadar akumulasi informasi, melainkan sebuah konstruksi rasional yang dibangun melalui observasi, eksperimen, dan refleksi kritis. Pada bagian ini, epistemologi menjadi dasar validitas ilmu serta membentuk kerangka berpikir yang sistematis bagi para ilmuwan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar.

Selain itu, epistemologi juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di era modern. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi, epistemologi semakin menekankan pentingnya verifikasi, objektivitas, dan akuntabilitas dalam memproduksi informasi agar tidak jatuh pada hoaks atau klaim pseudo-science. Dengan demikian, epistemologi berperan menjaga integritas ilmu sekaligus mengarahkan pengembangannya pada nilai-nilai yang lebih konstruktif. Pemahaman epistemologis yang baik memungkinkan ilmu tidak hanya menjadi instrumen teknis, tetapi juga sarana refleksi kritis dalam membangun peradaban manusia yang lebih beradab dan berkeadilan (Hayati & Dalimunthe, 2024).

Aksiologi dalam filsafat ilmu menempatkan pengetahuan bukan hanya sebagai hasil dari aktivitas berpikir dan penelitian, tetapi juga sebagai sarana yang mempunyai nilai dan tujuan. Pertanyaan mendasar yang diajukan dalam dimensi aksiologi adalah "untuk apa ilmu digunakan?" dan "bagaimana ilmu berdampak pada kehidupan manusia dan lingkungannya?" Dengan demikian, aksiologi berperan untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan tidak berhenti pada dimensi teoritis, melainkan diarahkan pada kebermanfaatan sosial, etika, dan kemanusiaan. Ilmu yang bebas dari pertimbangan nilai berpotensi melahirkan kritik, misalnya dalam bentuk eksploitasi sumber daya atau ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, aksiologi menjadi penuntun agar pengetahuan tetap berada dalam koridor kemaslahatan manusia (Hayati & Dalimunthe, 2022).

Selain itu, aksiologi menegaskan bahwa ilmu tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral peneliti dan penggunaannya. Dalam konteks global saat ini, penerapan ilmu dan teknologi sering menimbulkan dilema etika, seperti isu lingkungan, bioteknologi, dan kecerdasan buatan. Melalui kerangka aksiologis, filsafat ilmu mengingatkan bahwa setiap perkembangan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keberlanjutan. Dengan kata lain, aksiologi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan ilmu dengan kehidupan nyata, agar setiap pencapaian ilmiah dapat memberikan kontribusi positif, tidak hanya bagi kemajuan pengetahuan, tetapi juga bagi peradaban manusia secara keseluruhan (Rifqi dkk., 2024).

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun