Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berhentilah Berharap Punya Anak Pekerja Kantoran

13 September 2022   06:02 Diperbarui: 13 September 2022   06:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran wanita bekerja di rumah. (foto: kompas.com)

Beberapa saat lalu saya menonton wawancara Ernest Prakasa dengan Bene Dion di kanal Youtube Hahaha TV. Ada hal menarik yang mengusik pikiran dalam petikan wawancara itu. Bagaimana bisa seorang sarjana teknik dengan IPK tinggi, malah sangat tertarik menjadi sineas?

Hal di atas hanya menjadi salah contoh bagaimana harapan orang tua akan anaknya berbanding terbalik dengan harapan anaknya akan karir dan masa depannya. Ibunya Bene Dion menginginkan anaknya menjadi pegawai negeri sedangkan si anak bersikeras ingin menjadi penulis skenario hingga akhirnya jadi sutradara.

Sesuatu yang lumrah jika orang tua memiliki harapan jika anaknya sukses, kaya raya dan bahagia. Hanya saja, jika orang tua terlalu berharap pada profesi yang spesifik untuk dijalani sang anak maka bersiaplah untuk kecewa.

Kami, warga desa masih sangat menganggap jika pekerja kantoran memiliki "predikat tinggi". Entah darimana awalnya jika pegawai dengan pakaian rapih dan necis memiliki citra lebih dibandingkan pegawai yang terkesan "santai".

Hal yang bisa diterima jika orang berpikir demikian. Kita tidak mengontrol pola pikir orang lain termasuk pola pikir orang tua.

Sebuah harapan yang bisa dimengerti jika seorang ibu menginginkan si anak bisa mengangkat derajat orang tuanya dengan memilih profesi yang bergengsi. Seorang ayah pun boleh saja menginginkan anaknya sama sebagaimana dahulu dia bercita-cita ketika masih muda.

Hanya saja, saya meminta pengertian para orang tua jika banyak juga profesi bergaji tinggi tetapi tidak mengharuskan karyawannya berdasi. Seperti Bene Dion yang saya sebutkan di atas, seorang sineas yang tidak mengharuskan bekerja memakai kemeja dan dasi di leher.

Tidak usah heran jika suatu saat anda akan mendapati anak anda bekerja menggunakan baju singlet dan bercelana pendek. Bahkan bisa saja mereka bekerja di kamar yang sempit dan berantakan. Belum sempat mandi dan sikat gigi.

Memang, tetangga akan bergunjing. "Buat apa sekolah tinggi kalau kerjanya cuma mainin laptop," begitulah ibu-ibu komplek berkomentar. Hal yang tidak dilihat oleh tetangga adalah angka yang tertera di rekening bank. Sangat mungkin angkanya sangat besar.


Saya tidak bermaksud mematahkan harapan. Hanya saja, kesan jika bekerja berdasi memiliki gengsi tinggi perlahan sudah memudar. Generasi kami tidak lagi menganggap bekerja kantoran bisa mengangkat gengsi. Hanya uang yang bisa meningkatkan derajat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun