Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pers sebagai Pilar Demokrasi, Masih Layakkah?

9 Februari 2020   05:25 Diperbarui: 9 Februari 2020   05:30 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya ragu kalau pers masih bisa disebut sebagai salah satu pilar demokrasi. Apabila pers bisa menyuarakan 'keluhan' rakyat, apakah itu betul sebuah keluhan untuk perbaikan atau sekedar 'pertunjukan'?

***

Pers Mencari Berita untuk Mengumpulkan Data, Bukan Sekedar Memaparkan Realita

Kita begitu mengelukan demokrasi sehingga lupa apa tujuan kita berbangsa dan bernegara. Demokrasi sebagai cara kita menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan, nampaknya hanya sekedar diartikan sebagai kebebasan menyuarakan pendapat semata.

Di sini saya tidak bicara sebagai pengamat media, tetapi memposisikan diri sebagai penikmat media. Dan, keraguan apabila pers dan lebih tepatnya 'kebebasan pers' bisa menjadi sarana perbaikan keadaan datang ketika media sekedar menyampaikan berita tanpa memaparkan solusi.

Entah saya yang kurang 'update' atau memang media massa yang terlalu latah pada keadaan. Saya paham kalau media massa pun perlu pemirsa sebagai sasaran iklan dan penuai pendapatan, tetapi apabila terlalu sering memberitakan hal yang cenderung seirama, ya terkesan monoton.

Selayaknya lagu, apabila nadanya terus sama bahkan maka dapat dipastikan dia akan mengalami 'kematian' yang terlampau cepat. Umurnya tidak lama.

Masih ingat lagu Pop Melayu yang sempat menjamur di negeri kita? Sekarang mereka kemana ya?

Saya masih berharap para wartawan dan 'bos'-nya punya tujuan mulia dengan menguasai informasi yang berbobot. Memang, informasi bisa jadi hanya ada di beberapa gelintir orang yang dekat dengan kekuasaan tetapi mengelolanya untuk sebuah perbaikan menjadi keharusan.

Ketika informasi begitu tersebar merata hampir di setiap pengguna media sosial, tetapi media arus utama jangan kehilangan esensinya untuk membangunkan kesadaran rakyat akan begitu pentingnya sebuah perbaikan kehidupan. Ingat, kami para pengguna media sosial menyebarkan informasi hampir tanpa visi kalau bukan sekedar dorongan ingin 'berbagi'.

Ada baiknya seorang wartawan bekerja seperti para peneliti di laboratorium. Bekerja diam-diam tanpa banyak bicara, tetapi dia memunculkan karya pada waktu yang sudah terencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun