Mohon tunggu...
M Yusrizal
M Yusrizal Mohon Tunggu... Guru - Baguskan niat, kita akan selamat

M Yusrizal, ia lelaki yang dilahirkan di tepian rimba Sumatra, pedalaman Aceh. 'Abuzal' merupakan nama sapaan yang melekat untuknya. Masa kecil hingga remaja Abuzal habiskan dengan petualangan pedesaan, maklum ia dilahirkan dari keluarga petani. Tumbuh di kawasan dingin dan teduh telah melatih kepekaan Abuzal dalam berbagai bidang. Maka tak heran jiwa sastranya tumbuh 'lumayan' subur dibarengi dengan kegemarannya dalam berseni. Tak hanya itu, Abuzal juga peka terhadap pelestarian alam. Ia pernah bekerja sebagai jurnalis pada salah satu media lokal di Aceh, dan wara-wiri masuk-keluar hutan-kota melakukan liputan pers. Kini ia memilih jalan menjadi seorang pendidik di salah satu SMAN Kota Banda Aceh.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mangrove, Solusi Menyelamatkan Bumi

31 Juli 2022   13:09 Diperbarui: 31 Juli 2022   13:10 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para ahli dari Center for International Forestry Research (CIFOR) dan USDA Forest Service menyebut, diperlukannya budidaya dan penjagaan hutan mangrove untuk melindungi bumi dari perubahan iklim.Mangrove sebagai tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan air laut memiliki peran penting dalam menghasilkan karbon biru (blue carbon). Untuk diketahui, ekosistem pesisir menyerap karbon dari atmosfer bumi, karbon yang disimpan oleh ekosistem pesisir ini kemudian dinamakan blue carbon.

Mangrove sebagai tanaman yang hidup berkelompok dalam jumlah yang banyak serta memiliki akar jari-jari juga berperan menahan abrasi laut yang terus mengancam daratan lewat pemanasan global. Studi menyebut, hutan mangrove yang masuk dalam kategori hutan basah mampu menyimpan karbon 800 sampai 1.200 ton per hektar. Hutan mangrove melepas karbon lebih sedikit ke udara jika dibandingkan dengan hutan di daratan, jika pun menuai kematian mangrove hanya akan melepaskan 50 persen karbonnya ke udara.

Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk (Dok. kemenparekraf.go.id)
Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk (Dok. kemenparekraf.go.id)

Indonesia memiliki 3,7 persen hutan mangrove jika dibandingkan dengan luas hutan tutupan. Hutan mangrove dunia berkisar 1 persen dari luas hutan tropis, padahal kontribusi penyerapan karbon oleh hutan mangrove lebih tinggi jika dibandingkan dengan serapan karbon hutan tropis.

Atas dasar ini, Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam G20 harus mengampanyekan pada dunia akan pentingnya hutan mangrove. Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua (setelah Kanada) di dunia Indonesia juga harus memperlihatkan tindakan nyata penyelamatan bumi dengan penanam mangrove.

Pada beberapa wilayah pantai di Indonesia sudah mulai menggalakkan penanam hutan mangrove. Dari Aceh hingga Papua kita bisa dengan mudah menemukan tanaman mangrove di pesisir pantai, walau tak semuanya masuk dalam kategori hutan (luas). Aceh contohnya, terkenal dengan hutan mangrove di Kota Langsa dengan luas 8.000 hektar. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno dalam kunjungannya pada 15 April 2022 menyebut hutan mangrove Kota Langsa sebagai pabrik oksigen terbesar di Asia Tenggara.

Bukan hal mudah untuk malaksanakan cita-cita mulia nan besar tersebut. Mitigasi perubahan iklim melalui sektor pengelolaan mangrove perlu penganggaran yang matang, mulai dari daerah, nasional, bahkan internasional juga berhak atas pendanaan untuk sama-sama menyelamatkan bumi. Negara-negara industri global harus berada di garda terdepan dalam hal pembiayaan, menyalurkan dana untuk budidaya hutan mangrove di negara-negara tropis.

Protokol Kyoto tahun 1997 telah mengatur perusahaan-perusahaan yang mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan oleh suatu pabrik perusahaan kini bersifat terbatas dan eklusif. Bagi perusahaan yang melakukan pencemaran melewati batas yang telah ditentukan maka diwajibkan menerapkan metode clean development mechanism yaitu dengan membuat proyek ramah lingkungan di negara berkembang. Salah satu proyeknya bisa berupa menginvestasikan dana untuk mencegah kerusakan serta membudidaya hutan di negara penghasil karbon.

Di samping mengharapkan pendanaan-pendanaan yang kontinyu dari dunia Internasional, Bank Indonesia yang mengatasnamakan negara Indonesia kiranya bisa berperan besar dalam hal pendanaan budidaya hutan mangrove. Keterlibatan Bank Indonesia adalah sebagai bentuk kepedulian merawat nama Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia.

Sebagai tawaran, pendanaan yang dapat dirancang oleh Bank Indonesia bisa berupa; Pertama, bekerja sama dengan lembaga-lembaga lingkungan hidup, dinas dan kementerian terkait untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya mangrove sebagai blue carbon.

Kedua, memberikan pendanaan kepada filantropi, kelompok nelayan, atau masyarakat pesisir yang sudah memiliki atau akan memiliki lahan hutan mangrove, kalkulasi pendanaan merujuk pada luas lahan dijumlahkan dengan jumlah karbon yang dihasilkan. Petani akan terus didanai sepanjang hutan mangrove yang dikelolanya terawat dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun