Mohon tunggu...
muhammad syamsu dhuha
muhammad syamsu dhuha Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya sangat suka traveling

Selanjutnya

Tutup

Financial

Turunnya Harga Pertamax Menjadi Solusi bagi Pertalite

8 Juni 2025   23:39 Diperbarui: 8 Juni 2025   23:39 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat di berbagai daerah Indonesia kembali dihadapkan pada persoalan klasik: kelangkaan bahan bakar bersubsidi, khususnya Pertalite. Antrean panjang di SPBU, pembatasan pembelian, hingga keresahan masyarakat pengguna kendaraan roda dua dan roda empat kecil menjadi fenomena harian. Di tengah situasi ini, kabar mengenai penurunan harga Pertamax tentu menjadi angin segar yang patut dikaji lebih dalam: mungkinkah ini solusi yang efektif?

Sebagai BBM bersubsidi, Pertalite menjadi pilihan utama sebagian besar masyarakat karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan Pertamax. Namun, subsidi yang terbatas dan konsumsi yang semakin tinggi membuat pasokan sering kali tidak seimbang dengan permintaan. Pemerintah dan Pertamina pun harus pintar-pintar mengatur distribusi agar subsidi tidak jebol.

Namun, di sisi lain, Pertamax sebagai BBM nonsubsidi sering kali ditinggalkan karena selisih harga yang cukup tinggi. Padahal, dari sisi kualitas dan emisi, Pertamax jauh lebih ramah lingkungan dan efisien untuk mesin kendaraan modern.

Penurunan harga Pertamax dalam beberapa waktu terakhir memberikan sinyal positif. Selain memberikan alternatif BBM yang lebih baik secara teknis, hal ini juga membuka ruang pergeseran konsumsi dari Pertalite ke Pertamax. Bila selisih harga makin tipis, masyarakat kelas menengah atau pemilik kendaraan dengan spesifikasi mesin tinggi akan lebih rasional memilih Pertamax.

Secara tidak langsung, hal ini mengurangi beban pada stok Pertalite yang terbatas. SPBU tidak lagi terlalu dipenuhi oleh satu jenis BBM, distribusi bisa lebih merata, dan masyarakat mendapat pilihan yang lebih fleksibel.

Pemerintah seharusnya melihat momen ini sebagai peluang untuk mendorong transisi konsumsi energi. Jika harga Pertamax terus bisa ditekan dan distabilkan, subsidi Pertalite secara bertahap bisa dikurangi tanpa menimbulkan gejolak. Namun tentu saja, ini harus dibarengi edukasi dan insentif yang tepat.

Misalnya, pemberian diskon atau reward poin bagi pengguna Pertamax, kampanye masif soal manfaat BBM berkualitas tinggi terhadap kesehatan mesin dan lingkungan, hingga penguatan regulasi penggunaan BBM sesuai spesifikasi kendaraan.

Turunnya harga Pertamax bukan hanya soal ekonomi, tapi juga tentang membuka jalan menuju konsumsi energi yang lebih berkelanjutan. Dengan perencanaan yang matang dan komunikasi publik yang efektif, momen ini bisa menjadi solusi jangka panjang atas masalah kelangkaan Pertalite.

Bukan tidak mungkin, dalam beberapa tahun ke depan, Pertamax bukan lagi dianggap "BBM mahal", tetapi justru menjadi standar baru masyarakat Indonesia yang semakin sadar mutu dan lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun