Mohon tunggu...
muhammad sarifsarifudin
muhammad sarifsarifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

jangan terlalu lama menceritakan orang lain karena sudah saatnya orang mendengar cerita mu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Hanyalah Gadis Desa

7 Mei 2020   00:36 Diperbarui: 7 Mei 2020   17:23 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: milik pribadi

                                                                                                     

Di suatu pulau yang terpencil, sebut saja bagian (timur) Indonesia. Rumah yang jauh dari keramaian, bising knalpot, tangis anak anak jalanan, dan tentu saja jauh dari cahaya lampu jalan yang menghiasi seantero kota metropolitan.

Tak ada malam yang lebih ramai dari suara jangkrik merengek sepanjang malam. Tak ada keheningan yang lebih dari gelap malam tanpa cahaya. Tak ada kenikmatan yang lebih dari singkong masakan ibu.

Hanya ada suara burung yang berkicauan ketika fajar tiba dan mengajak seluruh mahluk hidup segera bangun dari tidurnya. Aku lah sang gadis yang lahir dari rahim kehidupan, hari hari ku tak terlepas dari dunia yang lambat dan kaku mengenal pengetahuan.

Merauk tumbuhan agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang, berprilaku manusiawi agar tetap terjaga keharmonisan kerabatku. Mengenal apa saja yang ada di sekitar ku sudah lebih baik dari pada menjadi gadis desa tanpa pengetahuan.

Aku tak mengenal sekolah apa lagi memiliki buku baru kesukaan ku. Yang ku tau adalah bersahabat dengan alam tanpa terbatas waktu untuk menjaga pesan pesan leluhur yang selalu mengutamakan kedamaian.

Aku tak mengenal mainan apa yang lebih modern yang ku tau hanyalah bermain di tepi pantai dan mengambil apa saja yang belum ada di sekitarku, itu berupa bekas mainan ataupun hanya sampah yang terdampar di desaku.

Tanya dalam benak ku, mungkin saja diluar sana ada kehidupan yang lain dan lebih baik dari kehidupanku dan aku pun terus mencari, berjalan sepanjang pasir putih yang penghiasi pesisir pantai. 

Ada kalanya aku bersyukur karena pantai yang indah lautan berwarna hijau dan biru yang penuh dengan batu karang juga kekayaan dasar laut sebagai simpanan kekayaan negeri ini.

Namun, aku hanyalah gadis desa yang bodoh tidak berpendidikan dan menghabiskan masa kecilku dengan keterbelakangan zaman.


Muhammad sarif.s_yogyakarta, 06/05/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun